BAB I
PEENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Jujur adalah sifat terpuji yang merupakan faktor
terbesar tegaknya agama dan dunia. Kehidupan dunia tidak akan baik, dan agama
juga tidak bisa tegak diatas kebohongan, penghianatan serta perbuatan curang.
Jujur dan mempercayai kejujuran, merupakan ikatan
yang amat erat dengan para rosul dan orang-orang yang beriman. Sebagaimana
Allah telah berfirman dalam surat Az-zumar ayat 33-34 yang artinya: “Dan orang
yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka memperoleh apa
yang mereka kehendaki pada sisi tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang
yang berbuat baik,”
Sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah SWT
diatas bahwasannya jujur mempunyai kedudukan yang amat tinggi dimata Allah SWT,
juga dalam pandangan islam juga dalam pandangan islam serta dalam pandangan
orang-orang beradab dan juga akibatnya yang baik, serta betapa bahayanya
berbohong dan mendustakan kebenaran.
Akan tetapi jikalau kita lihat dan perhatikan
tentang kehidupan sosial sekarang bahwa kejujuran sudah jarang ditanamkan pada
jiwa dan karakter seseorang, sudah jarang kejujuran diaplikasikan dan
diterapkan pada kehidupan keseharian seseorang. Bahkan sekarang kebohongan,
lawan dari kejujuran malah secara tidak langsung diajarkan kepada anak-anak.
Seorang guru disekolah dengan terang-terangan mengajarkan anak didiknya untuk
bebohong, membiarkan anak didiknya mencontek ketika ujian, bahkan yang sangat
memprihatinkan adalah sekarang banyak sekolah-sekolah yang mengkoordinasi
pembelian kunci jawaban atas para siswanya
sebagai jalan pintas dan sebagai
bahan mencontek untuk menjawab soal ujian negara.
Berdasarkan uraian di atas kami akan membahas
tentang perilaku jujur yang dikaitkan dengan QS. Al-Maidah ayat 8 dan QS.
At-taubah ayat 119.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang dapat dibuat Rumusan
Masalah sebagai berikut:
1.
Apa
arti perilaku jujur berdasarkan QS. Al-Maidah ayat 8 dan At-taubah ayat 119 ?
2.
Bagaimana
hikmah perilaku jujur dikaitkan dengan QS. Al-Maidah ayat 8 dan At-taubah ayat
119 ?
3.
Bagaimana
mengaplikasikan dan membiasakan berperilaku jujur sesuai dengan isi kandungan QS.
Al-Maidah ayat 8 dan At-taubah ayat 119 dalam kehidupan sehari-hari ?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah :
1.
Sebagai
wahana untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang nilai-nilai keislaman,
terutama bagaiman berprilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Sebagai
bentuk tanggung jawab siswa dalam memenuhi tugas sekolah.
3.
Untuk
ikut berperan serta dalam kegiatan syiar Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan Masalah QS. Al-Maidah ayat
8 dan AT-Taubah ayat 119
a.
QS. Al-Maidah ayat 8
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَلَا
يَجۡرِمَنَّكُمۡ شَنََٔانُ قَوۡمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعۡدِلُواْۚ ٱعۡدِلُواْ هُوَ
أَقۡرَبُ لِلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرُۢ بِمَا
تَعۡمَلُونَ ٨
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.
Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
b.
QS. AT-Taubah ayat 119
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَكُونُواْ مَعَ ٱلصَّٰدِقِينَ ١١٩
Artinya : “Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar”.
2.2
Pengertian Perilaku Jujur
Dalam
bahasa Arab, jujur merupakan terjemahan dari kata shidiq yang artinya benar,
dapat dipercaya. Dengan kata lain, jujur adalah perkataan dan perbuatan sesuai
dengan kebenaran. Jujur merupakan induk dari sifat-sifat terpuji (mahmudah).
Jujur juga disebut dengan benar atau sesuai dengan kenyataan seperti yang
tertera dalam QS. Al-Miadah ayat 8 “Hai
orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah..... “ dan dalam QS. At-Taubah ayat 119 “.......dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar”.
Jujur
adalah mengatakan sesuatu apa adanya. Jujur lawannya dusta. Berdusta adalah
menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Adapula yang
berpendapat bahwa jujur itu tengah-tengah antara menyembunyikan dan terus
terang. Dengan demikian, jujur berarti keselarasan antara berita dengan
kenyataan yang ada. Jadi kalau suatu berita
sesuai dengan keadaan yang ada,
maka dikatakan benar atau jujur, tetapi kalau tidak maka dikatakan dusta.
Kejujuran
itu ada pada ucapan, juga ada pada perbuatan, sebagaimana seseorang yang
melaksanakan sesuatu perbuatan, tentu sesuai dengan apa yang ada pada batinnya.
Seseorang yang berbuat riya’ tidaklah dikataka sebagai orang yang jujur karena
dia telah menampakan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dia sembunyikan
(didalam batinnya). Begitu pula orang yang munafik tidaklah dikatakan sebagai
seorang yang jujur karena ia menampakan dirinya sebagai seorang yang bertauhid,
padahal sebaliknya. Hal yang sama juga berlaku pada pelaku bid’ah; secara
lahirlah tampak sebagai seorang pengikut Nabi, tapi hakikatnya dia berbeda
dengan Nabi. Jelasnya, kejujuran merupakan sifat seorang beriman, sedangkan
lawannya dusta, merupakan sifat orang yang munafik.
Selain
mempunyai sifat jujur kita juga harus mempunyai sifat adil, dalam QS. Al-Maidah
ayat 8. Dikatakan bahwa sekalipun terhadap para musuh-musuh kita juga harus bersikap
adil dan janganlah kita keluar dari garis hak dan keadilan. Dasar-dasar dendam
dan permusuhan akan dapat menciptakan suatu pembalasan, sehingga hak-hak orang
lain diabaikan. Dalam pergaulan kemasyarakatan baik terhadap kawan maupun
lawan, maka senantiasa ingatlah kepada Allah SWT dan bertindaklah adil meski
terhadap diri kalian sendiri, lalu sadarilah bahwa Allah SWT mengetahui semua
pekerjaan kalian, dan berdasarkan keadilan-lah Allah memberikan pahala dan
siksa.
Dari
QS. Al-Maidah ayat 8 terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik tentang
keadilan.
1.
Keadilan
kemasyarakatan hanya dapat diterima dalam naungan iman kepada Allah dan
pelaksanaan perintah-perintah-Nya.
2.
Keadilan
bukan hanya sebuah nilai dan norma akhlak, tetapi ia merupakan sebuah perintah
Ilahi dalam semua urusan kehidupan dalam rumah tangga, dalam masyarakat baik
terhadap kawan maupun terhadap lawan.
3.
Kelaziman
Takwa ialah keterjauhan dari segala bentuk diskriminasi, dan tidak memberi
peluang bagi timbulnya dendam dan permusuhan.
Kemudian
Menurut Ibnu Katsir QS. At-Taubah ayat 119 mengajarkan kepada kita untuk berlaku
jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah
kalian menjadi orang jujur, jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan
pada kebinasaan. Semoga kalian mendapatkan kelapangan dan jalan keluar atas
perilaku jujur tersebut. "
2.3
Hikmah
Berperilaku Jujur
Berperilaku
jujur terkadang sangat pahit pada awalnya, tetapi percayalah, buah manis akan
kita dapat di akhirnya. Perilaku tidak jujur hanya dapat menghindarkan kita
dari masalah secara sementara, bukan untuk menghilangkannya, bahkan akan
menambah rumit masalah tersebut. Sekali kita bersikap tidak jujur, maka suatu
saat kita akan berada lagi dalam kondisi untuk menambah ketidak jujuran untuk
menutupi ketidak jujuran yang dilakukan sebelumnya.
Ada beberapa
hikmah perilaku jujur yang dapat kita petik antara lain sebagai berikut.
1. Perasaan
nyaman dan hati tenang, jujur akan membuat kita menjadi tenang, nyaman, tidak
takut akan diketahui kebohongannya karena memang tidak berbohong.
2. Memperoleh
kemudahan dalam hidupnya.
3. Selamat
dari azab dan bahaya.
4. Dijamin
masuk surga.
5. Dicintai
oleh Allah Swt. dan Rasul-Nya.
Kita harus
menanamkan kesadaran pada diri kita untuk selalu berperilaku jujur, baik kepada
Allah Swt., orang lain, maupun diri sendiri. Jika kita sudah terbisa
berperilaku jujur, kita akan mendapatkan hikmah yang luar biasa dalam kehidupan
sehari-hari. Mungkin memang sulit, tapi harus kita lakukan agar hidup kita
menjadi berkah baik di dunia maupun di akhirat.
Kita juga harus
menyadari dan mengetahui akibat dari kebohongan sehingga kita bisa menjauhi
sifat buruk tersebut. Contoh akibat dari ketidak jujuran adalah hilangnya
kepercayaan orang lain terhadap kita, susah mendapatkan teman bahkan tidak
memiliki teman, susah untuk mendapat pekerjaan karena tidak dipercaya.
2.4
Membiasakan
Perilaku Jujur dalam Kehidupan sehari-hari
Memulai sikap jujur
tentunya dari diri sendiri sebelum mengajak orang lain untuk bersikap jujur.
Dengan kesadaran dari hati, pasti sikap jujur akan tertanam dalam diri secara
cepat, yang didasari niat yang ikhlas karena Allah SWT. Untuk diri kita sendiri
bisa berubah menjadi lebih baik. Sikap
jujur seharusnya dimulai sejak kanak-kanak karena dengan semenjak kanak-kanak
sikap jujur tersebut akan selalu melekat pada diri seseorang tersebut, karena
pada dasarnya sikap jujur itu tumbuh dengan membiasakan diri yang dibekali rasa
percaya diri dan tanpa ada keraguan sedikit pun dari dalam diri.
Cara membiasakan sikap jujur:
a.
Menghindari
sifat dusta
b.
Yakin
bahwa jujur itu perintah ALLAH SWT
c.
Berteman
dengan orang yang jujur
d.
Mengetahui
bahwa jujur itu akan mendapat pahala dan berbohong itu akan mendapatkan dosa
e.
Tahu
akibat dari perbuatan tidak jujur
f.
Membiasakan
jujur dari hal yang kecil
Perilaku jujur dapat
kita terapkan dalam berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah,
di rumah, ataupun di lingkungan masyarakat di mana kita tinggal. Contoh
cara-cara menerapkan perilaku jujur adalah sebagai berikut.
1. Di sekolah, luruskanlah
niat kita untuk menuntut ilmu, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh ibu
bapak guru, tidak menyontek saat ujian, melaksanakan piket sesuai jadwal,
menaati peraturan yang berlaku di sekolah, berbicara dengan benar dan baik kepada
guru, teman ataupun orang- orang yang ada di lingkungan sekolah kita.
2. Di rumah, kita bisa
meluruskan niat untuk berbakti kepada orang tua, memberitakan mereka hal-hal
yang benar. Contohnya saat meminta uang untuk kebutuhan suatu hal, tidak
menutup-nutupi masalah pada orang tua, tidak melebih-lebihkan sesuatu hanya
untuk membuat orang tua senang.
3. Di masyarakat, kita
dapat melakukan kejujuran dengan niat untuk membangun lingkungan yang baik,
tenang, dan tenteram, tidak mengarang cerita yang membuat suasana di lingkungan
menjadi tidak kondusif, tidak membuat gosip. Ketika diberi kepercayaan untuk
melakukan sesuatu yang diamanahkan, harus dipenuhi dengan sungguh-sungguh, dan
lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kesimpulan
dari materi dalam makalah ini adalah :
a.
Jujur
kepada Allah, yaitu menepati janji untuk taat terhadap semua perintah Allah dan
meninggalkan laranganNya. Larangan Allah yang berkaitan dengan kejujuran ialah
sifat munafik. Sifat minafik ditandai; apabila berbicara ia berbohong, kalau
berjanji ia mengingkari janjinya, dan jika dipercaya ia berkhianat. Sifat-sifat
munafik ini kelihatannya tumbuh subur dan sangat mengakar sekali.
b.
Jujur
terhadap sesama manusia, yaitu menjaga sesuatu yang diterima dan menyampaikannya
kepada yang berhak menerimanya. Kejujuran seperti ini sangat dituntut untuk
dapat diterapkan terutama oleh para penguasa dan Ulama’ dalam membimbing
masyarakat.
c.
Jujur
kepada diri sendiri. Allah telah membekali manusia dengan akal untuk membedakan
yang hak dan batil. Pada tataran ini, banyak manusia yang mengkhianati dirinya
sendiri dengan mengambil harta yang bukan miliknya. Prilaku seperti inilah yang
membuat suburnya korupsi di tanah air ini.
d.
Membiasakan
perilaku jujur harus dilakukan dimana pun kita berada dalam kehidupan
sehari-hari.
3.2
Saran
Jujur harus betul-betul
kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari karena sifat jujur akan mendatangkan
kebahagiaan bagi diri kita maupun orang lain dan juga akan mendatangkan
pertolongan dan kasih sayang Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
http://kisahimuslim.blogspot.co.id/2014/08/hikmah-perilaku-jujur.html
http://mulyanitanita.blogspot.co.id/2014/10/makalah-pendidikan-agama-islam-tentang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar