BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Masalah
Dalam pergaulan sehari-hari
antara kita sesama Manusia, agar hubungan ini berjalan dengan baik tentu ada
aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara bergaul
tersebut telah diatur dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulllah SAW yang sering kita
sebut dengan Sifat terpuji atau akhlak terpuji.
Dalam pembahasan yang akan kami
terangkan pada makalah ini, bahwa kami akan mengemukakan diantara bentuk-bentuk
dari akhlak terpuji tersebut mulai dari pengertian, macam-macam sampai kepada
bentuk-bentuk atau contoh dari akhlak terpuji tersebut.
Hal ini kami susun dalam bentuk
sebuah makalah, disamping untuk menambah wawasan kami sebagai pemakalah
mengenai pembahasan akhlak terpuji ini, dan juga dengan pembahasan ini agar
kami dan segenap pembaca lainnya mampu menjadikan ilmu ini sebagai salah satu
rujukan dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan sehari-hari.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian akhlak terpuji ?
b.
Apa saja macam-macam akhlak
terpuji ?
c.
Bagaimana berkompetisi dalam
melakukan kebaikkan (akhlak terpuji) ?
d.
Apa saja prilaku yang
mencerminkan berkompetisi dalam melakukan kebaikkan (akhlak terpuji) ?
1.3
Tujuan Penulisan
a.
Agar dapat menjelaskan pengertian
sifat-sifat terpuji (akhlakul mahmudah).
b.
Agar dapat mengetahui saja
macam-macam akhlak terpuji.
c.
Untuk memenuhi tugas sekolah di
SMA Negeri 1 Surade
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Akhlak
Terpuji
Akhlak berasal dari
bahasa Arab “akhlaq” yang merupakan bentuk jamak
dari “khuluq”, atau akhlak juga berarti budi pekerti,
tabia’at, watak.
Sedangkan
menurut istilah akhlak didefenisikan oleh beberapa ahli sebagai berikut:
a.
Menurut Al-Ghazali, segala sifat
yang tertanam dalam hati yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran tanpa pertimbangan.
b.
Menurut Abdul Karim
Zaidan, nilai dan sifat yang tertanam dalam jiwa sehingga seseorang dapat
menilai perbuatan baik atau buruk, kemudian memilih melakukan atau meninggalkan
perbuatan tersebut.
2.2
Macam-Macam Akhlak
Terpuji
Banyak
sikap atau prbuatan yang trmasuk kategori sifat terpuji, berikut ini kami
uraikan beberapa di antaranya:
a.
Zuhud
Kata zuhud, secara etimologi,
berarti yang menunjukkan atas sedikitnya sesuatu. Secara terminologi, Zuhud
dapat diartikan dengan suatu keadaan meninggalkan dunia dan hidup kebendaan.
Atau zuhud adalah berpalingnya keinginan terhadap sesuatu kepada sesuatu yang
lebih baik darinya. Serta zuhud adalah tidak menyukai sesuatu dan menyerahkannya
kepada yang lain. Barang siapa yang meninggalkan kelebihan dunia dan
membencinya, lalu mencintai akhirat, maka dia adalah orang zuhud di dunia.
Lebih lanjut dikatakan bahwa zuhud yang tertinggi adalah tidak menyukai segala
sesuatu selain Allah swt, bahkan terhadap akhirat.
Dari pengertian di atas, maka
dapat dikatakan bahwa zuhud adalah meninggalkan sesuatu karena sesuatu itu
dinilai sedikit atau kecil dan berpindah kepada sesuatu yang besar. Sesuatu
yang sedikit atau kecil adalah dunia dan sesuatu yang besar adalah akhirat
serta yang terbesar adalah Allah SWT.
b.
Tawaqal
1.
Pengertian Tawaqal.
Menurut bahasa,
lafal tawakal berasal dari bahasa arab yg artinya bersandar. Menurut istilah ,
tawakal ialah sikap berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha secara
maksimal. Seseorang yg berusaha secara maksimal untuk mencapai suatu keinginan
atau cita-cita ,setelah itu dia menerima dengan ikhlas dan berserah diri kepada
Allah atas hasil yg akan dia dapatkan, orang ini disebut bertawakal.Orang yg
bertawakal ,maka ia termasuk orang yg berakhlak mulia
Pengertian
Tawakkal menurut para ahli dan ulama yaitu :
a)
Imam al-Ghazâli
Tawakkal adalah menyandarkan diri
kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam
kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan
hati yang tentram.
b)
Hamka
Tawakkal adalah menyerahkan
segala urusan atau perkara ikhtiar dan usaha kepada Allah swt karena kita lemah
dan tak berdaya.
c)
Hamzah Ya’qub
Tawakkal adalah mempercayakan
diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu rencana, bersandar kepada
kekuatan-Nya dalam melaksanakan suatu pekerjaan, berserah diri kepada-Nya pada
waktu menghadapi kesukaran.
d)
Menurut Imam Ahmad bin Hambal
Tawakkal merupakan aktivitas
hati, artinya tawakkal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan
sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh
anggota tubuh. Dan tawakkal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan.
(Al-Jauzi:2004. Hal 337)
e)
Ibnu Qoyim al-Jauzi
Tawakal merupakan amalan dan
ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya
kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas
sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan
memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi diriny, dengan tetap melaksanakan
‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang
dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi
Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
Adapun menurut ajaran
Islam, tawakkal itu adalah menyerahkan diri kepada Allah swt setelah berusaha
keras dan berikhtiar serta bekerja sesuai dengan kemampuan dan mengikuti sunnah
Allah yang Dia tetapkan.Jadi dapat di simpulkan pengertian tawakkal adalah
berserah diri kepada Allah setelah berusaha keras, dan menunggu hasilnya.
2.
Ciri-ciri Tawaqal
a)
Mujahadah ( semangat yang kuat )
Sebagai seorang mukmin dan muslim
dianjurkan untuk memiliki akhlak yang baik. Salah satunya
tawakkal. Guna terciptanya sosialisasi yang tentram,tenang,dan damai.
Tawakkal bukan hanya sekedar
merasakan segala perkara kepada Allah, tetapi diawali dengan usaha-usaha
ataupun jalan-jalannya yang kuat. Setelah itu serahkan hasilnya kepada Allah
SWT.
Diantara ciri orang
yang bertawakkal ialah memiliki semangat yang kuat.
Mempunyai semangat yang kuat merupakan salah satu akhlak orang mukmin yang
dianjurkan oleh Islam.
Orang mukmin yang menempuh cara
semacam ini adalah orang yang lebih bagus dan lebih
dicintai Allah Azza wa Jalla daripada orang yang lemah semangatnya, tidak mau
bekerja keras dan mengerjakan atau mencari pekerjaan yang berfaedah.
Sepantasnyalah setiap orang untuk meningkatkan ilmu,budi pekerti,
serta kemasyarakatan dan perekonomiannya.
b)
Bersyukur
Ciri lain orang yang bertawakkal
ialah ia senantiasa bersyukur kepada Allah SWT. Apabila ia sukses ataupun
berhasil dalam segala urusan ataupun ia mendapatkan apa yang dibutuhkan dan
diinginkan ia tak luput untuk senantiasa bersyukur kepada Allah,
karena ia menyadari dan meyakini bahwa semua yang ia dapatkan itu adalah takdir
Allah dan kehendak-Nya.
Dengan bersyukur pula ia akan
selalu merasa puas, senang dan bahagia. Seperti dalam firman Allah: “Bersyukurlah kepada-Ku niscaya akan aku
tambah nikmatnya, tapi jika tidak bersyukur sesungguhnya azabku teramat pedih “
c)
Bersabar
Ciri orang yang bertawakkal
selanjutnya ialah selalu bersabar. Sebagai orang mukmin yang bertawakkal kepada
Allah ia akan bersabar, baik dalam proses maupun dalam proses maupun dalam
hasil. Karena dengan inilah ia akan bahagia dan tenang atas apa yang
di terimanya. Rosulullah. dalam buku 1100 hadits terpilih (1991:274)
karangan Dr. Muhammad Faiz Almath , Rosulullah SAW bersabda yang
artinya sebagai berikut: “Orang yang bahagia ialah yang dijauhkan dari
fitnah-fitnah dan orang yang terkena ujian dan cobaan dia bersabar.” (
HR. Ahmad dan Abu dawud)
d)
Intropeksi Diri (Muhasabah)
Orang yang bertawakkal salah satu
sikapnya ialah intropeksi diri. Dimana ia akan intropeksi diri
apabila ia kurang sukses daam menjalankan sesuatu ia tidak membuat dirinya
“drop”, melainnkan ia selalu intropeksi pada diri, dapat dikatakan muhasabah.
Senantiasa mengoreksi apa yang telah dilakukannya. Setelah itu ia akan berusaha
menghindari faktor penyebab suatu kegagalan tersebut serta senantiasa
memberikan yang terbaik pada dirinya.
c.
Ikhlas
Ikhlas merupakan amalan hati yang
paling utama dan paling tinggi dan paling pokok, Ikhlas merupakan hakikat dan kunci
dakwah para rasul sejak dahulu kala. Ikhlas merupakan istilah tauhid , orang-
orang yang ikhlas adalah mereka yang mengesankan Allah dan merupakan hamba Nya
yang terpilih. Fungsi Ikhlas dalam amal perbuatan sama dengan kedudukan
ruh pada jasad kasarnya, oleh karena itu mustahil suatu amal dan ibadah dapat
diterima yang dilakukan tanpa keikhlasan sebab kedudukannya sama dengan
orang yang melakukan amal dan ibadah tersebut bagai tubuh yang tidak bernyawa.
Lafaz ikhlas menunjukkan
pengertian jernih, bersih dan suci dari campuran dan pencemaran. Sesuatu yang
murni artinya bersihtanpa ada campuran, baik yang bersifat materi maupun
nonmateri. Adapun pengertian ikhlas menurut syara’ adalah seperti yang
diungkapkan oleh ibnu qayyim berikut: Mengesankan Allah dalam berniat bafi yang
melakukan ketaatan, bertujuan hanya kepada Nya tanpa mempersekutukan Nya dengan
sesuatupun. Dan menurut Al- Fairuzabi :” Ikhlas karena Allah , artinya
meninggalkan riya’ dan tidak pamer.
Orang yang ikhlas adalah
seseorang yang tidak peduli meskipun semua penghargaan atas dirinya hilang demi
meraih kebaikan hubungan kalbunya dengan Allah, dan orang tersebut tidak ingin
apa yang ia lakukan dipamerkan walaupun sebesar bizi zarahpun. Sebagaimana
Firman Allah SWT:
قُلِ ٱللَّهَ أَعۡبُدُ
مُخۡلِصٗا لَّهُۥ دِينِي ١٤
Artinya: Katakanlah:
"Hanya Allah saja yang Aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya
dalam (menjalankan) agamaku". (QS. Az-Zumar: 14)
Dikisahkan
oleh Umamah ra, ada seorang laki-laki yang datang menemui Rasulullah SAW dan
bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pendapat Engkau tentang seseorang
yang berperang dengan tujuan mencari pahala dan popularitas diri. Kelak, apa
yang akan ia dapat di akherat?” Rasulullah SAW menjawab, “Dia
tidak mendapatkan apa-apa. Orang itu mengulangi lagi pertanyaannya
sampai tiga kali. Tetapi Rasulullah SAW tetap menjawabnya, “Ia tidak
menerima apa-apa!” Kemudian Beliau SAW bersabda,“Sesungguhnya Allah
tidak menerima suatu amal perbuatan, kecuali yang murni dan yang mengharapkan
ridha-Nya”. (HR. Abu Daud dan Nasa’i).
Keterangan
itu menjelaskan kepada kita agar meluruskan niat dalam beramal. Amal perbuatan
sangat tergantung pada niat. Niat yang baik akan mendapatkan pahala, walaupun
amalan itu sangat kecil. Tetapi niat yang buruk akan mendapatkan dosa walaupun
amalan itu sangat besar menurut syariat. Berjihad merupakan amalan yang sangat
besar dan memerlukan pengorbanan yang sangat besar pula, baik harta maupun
tenaga, bahkan bisa mempertaruhkan nyawa. Pahalanya pun luar bisa. Mati syahid
merupakan mati yang paling mulia. Tetapi, jika niatnya buruk, umpamanya karena
niat ingin disebut sebagai pejuang yang hebat, maka hasil yang didapatkan
adalah kehinaan dan kesengsaraan di akherat nanti.
Demikian
pula ikhlas merupakan dasar dari amalan hati, sedangkan pekerjaan anggota tubuh
lainnya mengikut padanya dan menjadi pelengkap baginya. Ikhlas dapat
membesarkan amal yang kecil hingga menjadi seperti gunung.
d.
Amanah
Kata amanah menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan (dititipkan)
kepada orang lain. Definisi amanah tersebut memberikan pengertian bahwa setiap
amanah selalu melibatkan 2 pihak yaitu si pemberi amanah dan si penerima
amanah. Lebih jelasnya, hubungan keduanya dapat dijelaskan dalam kehidupan
sehari-hari.
Misalnya manusia secara individu
diberi amanah berupa umur oleh Allah. Pertanyaannya adalah digunakan untuk apa
umur tersebut? Apakah umur itu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti
bekerja, melaksanakan ibadah puasa, membaca Al Qur’an, dan yang lainnya. Bila
kita sebagai individu sudah melaksanakan amanah tersebut sesuai tuntunan-Nya,
maka kita pantas disebut orang yang dapat dipercaya alias bisa menjalankan
amanah dari-Nya. Sebaliknya bila kita salah menggunakan amanah tersebut
misalnya bermalas-malasan, tidak mau bekerja, hanya berdiam saja di rumah, maka
kita oleh Allah dianggap orang yang tidak dapat dipercaya alias tidak beramanah
seperti dalam firman Allah, yaitu:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَخُونُواْ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ وَتَخُونُوٓاْ
أَمَٰنَٰتِكُمۡ وَأَنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٢٧
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui.” (QS. Al-Anfaal:
27)
Selain
itu, contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam berorganisasi.
Adakah amanah di dalamnya? Tentu ada. Amanah apa yang dipikul seorang pemimpin
atas anggota yang dipimpinnya. Tidak lain adalah mengajak, membimbing, dan
mengarahkan anggotanya untuk berperilaku sesuai tuntunan Allah dan Rasul-Nya
sehingga mereka tidak hanya sejahtera di dunia juga di akhirat. Oleh karena
itu, menjadi pemimpin umat beragama tidaklah mudah karena setiap kata dan
tindakannya akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia apalagi di akhirat
kelak. Seperti lazimnya dilakukan oleh organisasi, hal tersebut direalisasikan
dalam bentuk Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ). LPJ itu lah yang merupakan
wujud amanah yang diemban oleh sang pemimpin dan jajarannya. Jadi, amanah
tidaknya seseorang pemimpin bukan dilihat dari penampilan fisik, materi atau
keturunan, tetapi lebih ditentukan oleh kinerja. Misalnya bagaimana sang
pemimpin mampu memobilisasi (menggerakkan) anggota serta mengorganisir
sedemikian rupa sehingga mampu memberdayakan potensi anggota untuk kemaslahatan
bersama sehingga yang menjadi tujuan utama adalah untuk kepentingan umum, bukan
kepentingan pribadi.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa amanah bisa diperlihatkan dalam berbagai
aspek kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu, keluarga, masyarakat,
hingga negara. Dan setiap amanah yang diemban oleh individu akan dimintai
pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat. Jika tidak melaksanakan
amanah dengan baik maka ia tidak memiliki iman yang kuat.
2.3
Berkompetisi dalam
Kebaikan (akhlak terpuji) Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat
Al-Baqarah:148 dan Hadist Nabi
Berlomba
dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita untuk masuk
perguruan tinggi terkemuka kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap
orang ingin dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat
penghidupan yang bahagia kelak,namun amat jarang kita perhatikan orang-orang
berlomba dalam hal akhirat.
Sedikit
orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Cobalah saja
perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan
‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang
menjadi nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada
menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah.
Di
dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai
menyerahkan shaf terdepan pada orang
lain. “Silahkan, Bapak saja yang di depan”, ujar seseorang. Akhirat diberikan
pada orang lain. Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di
belakangnya bagi kaum pria.
Demikianlah
karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga
rela jadi yang terbelakang.
Ayat
yang patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman Allah
Ta’ala dalam Surat Al-Baqarah 148 :
وَلِكُلّٖ
وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ فَٱسۡتَبِقُواْ ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ أَيۡنَ مَا تَكُونُواْ
يَأۡتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًاۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١٤٨
“Dan bagi tiap-tiap
umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al- Baqarah : 148 )”.
Isi kandungan ayat diatas adalah
:
Setiap
umat mempunyai kiblat, umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah,
Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah
memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Oleh karena
itu, hendaknya kaum muslimin bersatu, bekerja dengan giat, beramal, bertobat
dan berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan dan tidak menjadi fitnah atau cemooh
dari orang-orang yang ingkar sebagai penghambat..
Allah
akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala
amal perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang
dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan.
Kemuliaan manusia bisa kita pahami dari iman dan amal saleh atau kebaikannya
dalam bersikap dan bertingkah laku di mana pun dia berada dan dalam keadaan
bagaimanapun situasi dan kondisinya. Itu sebabnya semakin banyak perbuatan baik
yg dilakukannya maka akan semakin mulia harkat dan martabatnya di hadapan Allah
SWT.
Memahami
ilmu kebaikan bagi seorang muslim tiap amal yang dilakukannya tentu harus
didasari pada ilmu semakin banyak ilmu yg dimiliki dipahami dan dikuasai insya
Allah akan makin banyak amal yang bisa dilakukannya sedangkan makin sedikit
pemahaman atau ilmu seseorang akan semakin sedikit juga amal yg bisa
dilakukannya apalagi belum tentu orang yg mempunyai ilmu secara otomatis bisa
mengamalkannya. Ini berarti seseorang akan semakin terangsang untuk melakukan
kebaikan manakala dia memahami ilmu tentang kebaikan itu.
Paling
tidak ada dua kriteria tentang kebaikan yang diterima oleh Allah SWT. Pertama
ikhlas dalam beramal yakni, Pertama, melakukan suatu amal dengan niat semata-mata
ikhlas krna Allah SWT atau tidak riya dalam arti mengharap pujian dari selain
Allah SWT. Karena itu dalam hadis yg terkenal Rasulullah saw bersabda yang
artinya “Sesungguhnya amal itu sangat tergantung pada niatnya”.
Kedua
melakukan kebaikan itu secara benar hal ini krna meskipun niat seseorang sudah
baik bila dalam melakukan amal dengan cara yg tidak baik maka hal itu tetap
tidak bisa diterima oleh Allah SWT karen ini termasuk bagian dari mencari
selain Islam sebagai agama hidupnya yang jelas-jelas akan ditolak Allah SWT
sebagaimana yg sudah disebutkan pada QS 2:148 di atas.
Akhirnya
menjadi jelas bagi kita bahwa hidup ini harus kita jalani untuk mengabdi kepada
Allah SWT yang terwujud salah satunya dalam bentuk melakukan kebaikan dan
masing-masing orang harus berusaha melakukan kebaikan sebanyak mungkin sebagai
bentuk kongkret dari perwujudan kehidupan yg baik di dunia dan ini pula yang
akan menjadi bekal bagi manusia dalam menjalani kehidupannya di akhirat kelak.
Selain itu, terdapat
juga hadist yang bunyinya sebagai berikut :
“Bersegeralah kalian untuk melakukan amal
shaleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita,
yaitu seseorang di waktu pagi dia beriman tetapi pada waktu sore dia kafir,
atau pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu paginya ia kafir, dia rela
menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.” (HR. Muslim).
2.4
Contoh
Perilaku yang Menampilkan Kompetisi dalam Kebaikkan
1.
Mampu memiliki 5 kecerdasan yaitu
kecerdasan spiritual, intelektual, sosial, emosional, dan fisik.
2.
Mampu menjadi model atau usuwa,
inovator, pemberi inspirasi, transformator, motivator, dan educator dalam
kehidupan.
3.
Mampu mengambil keputusan yang
tepat dan benar.
4.
Seseorang yang memiliki kebiasaan
berkata qaulan sadida (QS.
An-Nisa : 9), qaulan karima (QS.Al-Isra’ : 23), qaulan baliga(QS.An-Nisa : 63), qaulan maisura (QS.Al-Isra’ : 28) dan qaulan
layyina (QS.Taha : 44).
BAB III
PENUTUP
2.1. Kesimpulan
Jadi dari penjabaran yang telah
kita uraikan dalam materi diatas, dapat kita berikan kesimpulan akhlak tersebut
merupakan sutu bentuk atau cerminan yang tertatanam dalam diri seseorang dan
hal tersebut terealisasi dalam kehidupannya sehari-hari.
Adapun bentuk dari akhlak
terpuji tersebut ada beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut; zuhud,
tawaqal, ikhlas, jihad dan amanah. Semuanya itu memiliki sisi
positif dari pergaulan yang kita lakukan, baik dalam melakukan hubungan yang
bersifat horizontal atau dalam melakukan hubungan dengan Allah SWT atau dalam
melakukan hubungan secara vertikal yaitu dalam melakukan hubungan atau bergaul
antar sesama Manusia.
Perintah berkompetisi dalam kebaikkan
(akhlak terpuji) tercermin dalam Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah ayat 148
dan Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh HR.
Muslim.
2.2. Saran
Dari pembahasan yag telah kami
sajikan diatas, kami berharap mudah-mudahan setelah kita mempelajari pelajaran
mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan sebagai rujukan dalam
melakukan pergaulan dalam kehidupan baik berhubungan dengan Allah atau bergaul
antar sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://venieafanny.blogspot.co.id/2014/03/al-quran-hadits-tentang-berlomba-lomba.html
http://ukhuwahislah.blogspot.co.id/2013/06/makalah-prilaku-akhlak-terpuji_23.html
http://sejarahislamku99.blogspot.co.id/2014/08/kompetisi-dalam-kebaikan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar