BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Nabi Muhammad SAW dalam membangun peradaban dunia kemudian di tambah dengan
kegemilangan generasi para sahabat di dalam memegang tongkat kepemimpinan
setelahnya merupakan sejarah yang patut di catat dengan tinta emas, Khulafaur
Rasyidin adalah bukti dari suksesnya pewarisan sistem dan nilai luhur yang di
bangun oleh Nabi kita Muhammad SAW. Wafatnya Nabi SAW tidak serta merta
menjadikan Islam kehilangan mercusuar peradabannya, kita sebagai seorang muslim
sudah seharusnya mengetahui sejarah Nabi SAW dan sahabat – sahabat nya seperti
khalifah usman bin affan. Ironisnya umat Islam pada saat sekarang ini
lebih banyak mengenal figur – figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di
contoh bahkan mereka sama sekali buta akan sejarah dan kepribadian akan
kehidupan Nabi Muhammad dan para sahabat – sahabatnya. Hal inilah yang menjadi
latar belakang penulis menulis makalah, selain itu saya menulis makalah ini
dalam rangka pembelaan terhadap perisai agama yang di perankan oleh para
sahabat Rasulullah SAW, sesungguhnya diantara prinsip Ahlussunnah wal jama’ah
adalah selamatnya hati dan lisan mereka terhadap para sahabat Rasulullah SAW,
sebagaimana yang telah Allah sifati mereka dalam firmannya :
والدين جاءو من بعدهم يقولون ربنا اغفرلنا
ولاخواننا الدين سبقونا بالايمان ولا تجعل في قلوبنا غلاللدين ءامنوا ربنا انك
رءوف رحيم
.
“Dan orang-orang yang datang
sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: “Ya Tuhankami, beri
ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari
kami, danjanganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hatikami terhadap orang –
orang yang beriman; Ya Tuhankami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang”.” [QS. Al-Hasyr : 10]
B. Rumusan Masalah
1.
Siap
Usman Bin Affan ?
2.
Bagimana
Khalifah Usman Bin Affan Ketika Di Makkah ?
3.
Bagimana
Khalifah Usman Bin Affan Ketika Di Madinah ?
4.
Bagimana
Awal Kekholifahan Usman Bin Affan ?
5.
Apa Prestasi-Prestasi
Yang Pernah Diraih
Pada
Masa Khalifah Usman Bin Affan ?
6.
Apa Sebab-sebab
Berakhirnya kekhalifahan Usman bin Affan RA ?
7.
Bagaimana
Akibat buruk pasca terbunuhnya Utsman ?
C. Tujuan
Sejarah yang kita selami ini
adalah tapak perjalanan pribadi agung yang langsung berinteraksi dengan
Rasullullah SAW. Mereka adalah orang – orang yang pertama kali merasakan
manisnya hidayah. Nabi SAW bersabda tentang mereka (para sahabat) :
“Sebaik-baik umatku adalah generasi yang saya diutus kepada mereka” (HR. Muslim
4 / 1963 – 1964) .Orang-orang orientalis berusaha untuk menyebarkan
riwayat-riwayat yang batil yang merendahkan martabat para sahabat yang mulia
dan mengotori sejarah umat Islam yang berharga. Mereka menggambarkan sejarah para
sahabat itu penuh dengan perebutan kekuasaandan kepemimpinan. Oleh karenanya,
wajib untuk kita berhati-hati dari setiap orientalis yang hasad, sekuler yang
ingkar dan setiap yang berjalan diatas jalan mereka.Maka wajib untuk ditegakkan
pembelaan terhadap sejarah kita ini dan bantahan terhadap metode para
penyeleweng. Bantahan ini tentunya dengan panah-panah kebenaran yang ilmiyah
yang dipenuhi dengan bukti-bukti yang jelas serta dalil-dalil yang kuat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Usman Bin Affan
Nama khalifah usman bin affan
adalah Usman bin Affan bin Abil’Ash bin Umayyah bin Abdisy Syams bin Abdi Manaf bin Qusyai
bin Kilab bin Murroh bin Ka’ab bin Luay bin Gholib. Nasab beliau bertemu dengan
Rosulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam pada kakek ke lima yaitu Abdul Manaf
dari jalur ayahnya. Beliau menisbatkan dirinya kepada bani Umayyah, salah satu
kabilah Quraisy[1]. Beliau dilahirkan di Thoif, sebagian pendapat ada yang mengatakan di
Mekah. Beliau lahir pada tahun 567 M, yakni enam tahun setelah tahun gajah,
beliau lebih muda dari Rosul SAW selisih enam tahun. Ibu beliau bernama Arwa
binti Kuraiz bin Robi’ah bin Hubaib bin ‘Abdi syams bin ‘Abdi Manaf . Beliau
tumbuh diatas akhlak yang mulia dan perangai yang baik. Beliau sangat pemalu,
bersih jiwa dan suci lisannya, sangat sopan santun, pendiam dan tidak pernah
menyakiti orang lain. Beliau suka ketenangan dan tidak suka keramaian,
kegaduhan, perselisihan, teriakan keras. Dan beliau rela mengorbankan nyawanya
demi untuk menjauhi hal-hal tersebut. Dan karena kebaikan akhlak dan
mu’amalahnya, beliau dicintai oleh Quraisy, Nama panggilannya Abu Abdullah dan
diberi gelar Dzunnurrain (yang mempunyai dua cahaya). Sebab digelari
Dzunnuraian karena beliau menikahi dua putri rasulullah yaitu: Roqqoyah dan
Ummu Kultsum[2]. Ketika Ummu Kultsum wafat,[3] Rasulullah berkata ; Sekiranya kami punya anak perempuan yang ketiga,
niscaya aku nikahkan denganmu. Dari pernikahannya dengan Ruqoyyah lahirlah anak
laki-laki. Tapi tidak sampai besar anaknya meninggal ketika berumur 6 tahun
pada tahun 4 Hijriah. Beliau wafat pada tahun 35 Hijriah berumur 82 tahun.
Menjabat sebagai khalifah ketiga selama 12 tahun.
Khalifah usman bin affan
mempunyai 9 anak laki-laki yaitu Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru,
Umar, Kholid, al-Walid, Uban, Said dan Abdul Muluk dan 6 anak perempuan[4]. Utsman bin’Affan Radhiyallahu‘anhu hidup ditengah orang-orang musyrikin
Quraisy yang menyembah berhala-berhala, namun beliau tidak menyukai kesyirikan,
animisme dinamisme serta adat istiadat yang kotor. Beliau menjauhi segala
bentuk kotoron jahiliyah yang mereka lakukan, beliau tidak pernah berzina,
membunuh, ataupun meminum khamer. Perjuangannya dalam membela Islam tidak hanya
dengan hartanya saja. Tapi juga raga dan nyawanya. Beliau sangat senang
mengeluarkan hartanya demi kepentingan Islam. Hingga pernah mengirimkan
setengah pasukan ke medan perang dengan hartanya. Pernah mendermakan 300 unta
dan 50 kuda tunggangan[5]. Begitu juga mendermakan 1000 dinar yang diserahkan langsung kepada
Rasulullah. Rasulullah pun berkata; “Apa yang diperbuat pada hari
ini, Utsman tidak akan merugi (di akhirat)” (HR.Tirmidhi). Pada
waktu orang-orang membutuhkan air untuk keperluan dirinya dan hewan ternaknya,
Utsman membeli sumber mata air dari Raimah[6], seorang Yahudi, untuk diwakafkan kepada umum. Mengenai kedermawannya, Abu
Hurairah berkata; “Utsman bin Affan sudah membeli surga dari
Rasulullah dua kali; pertama ketika mendermakan hartanya untuk mengirimkan
pasukan ke medan perang. Kedua ketika membeli sumber air (dari Raimah)”
(HR.Tirmidhi).
Khalifah usman bin affan termasuk
10 orang yang dikabarkan akan masuk surga. Dalam menjalani hidupnya, beliau
sangat takut dengan azab dan siksa Allah. Hingga suatu ketika berkata;
Sekiranya diriku berada di antara surga dan neraka dan saya tidak tahu mana
diantara dua itu saya akan masuk, niscaya saya akan pilih menjadi abu sebelum
aku tahu ke mana saya dimasukkan. Rasulullah pernah mengkabarkan bahwa dirinya
termasuk ahli surga karena sabar dan tawakal menghadapi cobaan dan derita dari
Allah. Begitu fitnah yang menimpa dirinya hingga akhirnya terbunuh secara kejam
dan dholim. Pada waktu perang Uhud, beliau berdiri bersama Rasulullah, Abu
Bakar dan Umar. Tiba-tiba gunung itu bergetar, kemudian Rasulullah berkata;
Mohon jangan lari, tetap berada di Uhud. Jangan takut, kamu bersama nabi, Abu
Bakar dan dua orang syahid (HR.Bukhori).
B. Khalifah Usman Bin Affan Ketika Di
Makkah
Ketika Allah memerintahkan Rasul
SAW untuk berdakwah di jalan Allah, dan Abu Bakar sudah masuk Islam, beliau pun
pergi mendatangi Utsman mengajaknya masuk Islam. khalifah usman bin affan
pun seketika itu langsung menerima ajakan untuk masuk Islam dan beliau
mengucapkan dua kalimat syahadat. Hal ini dikarenakan, agama ini mengajak
kepada tauhid, membasmi kesyirikan, didalamnya terdapat seruan untuk berakhlak
yang mulia dan berperangai yang baik. Utsman akhirnya beriman kepada agama yang
lurus ini dan beriman kepada Rasul-Nya SAW, karena beliau mengenal betul
kejujuran, amanah, dan kemuliaan akhlak Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Beliaupun menjadi orang-orang yang pertama masuk Islam. Akan tetapi, kaum
beliau tidak membiarkan begitu saja, bahkan mereka menyakiti dan menyiksa
beliau bersama orang-orang beriman lainnya. Orang orang Quraisy mengancam dan
menguji (kekuatan) agama mereka, untuk mengembalikan mereka dari menyembah
Allah kepada penyembahan berhal-berhala. Ketika bertambah penyiksaan,
penganiayaan dan gangguan mereka serta usaha mereka untuk menghalangi mereka
dari Islam, maka mereka pun hijrah ke negeri Habasyah (Ethopia).[7] Dan diantara pelopor hijrah tersebut adalah Utsman bin’Affan
Radhiyallahu ‘anhu dan istri beliau yaitu Ruqayyah Radhiyallahu ‘anha binti
Nabi MuhammadShallallahu ‘alaihi wa Sallam. Beliaupun terhitung sebagai orang
pertama yang berhijrah dari umat Islam ini. Al quran telah mengkisahkan hal tersebut
pada surat An – Nahl. Allah SWT berfirman :
والدين هاجروا من بعد ما ظلموا لنبوئنهم في
الدنيا حسنة ولأجر الأخرة أكبر لو كانوا يعلمون .
“Dan orang – orang yang berhijrah
karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang
bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih
besar, kalau mereka mengetahui “.” [QS. An – Nahl : 41]
Khalifah usman bin affan hijrah
dan meninggalkan negeri serta keluarganya demi berpegang dengan agama dan
aqidahnya. Hal ini menunjukkan akan kuatnya keimanan, keyakinan dan keterikatan
beliau dengan Allah SWT serta hari akhir. Beliau rela hidup dalam keterasingan,
kehilangan mata pencaharian (perdagangan), kedudukan ditengah masyarakat serta
kewibawaan. Beliau pindah kenegri orang lain demi Allah dan dijalan Allah,
bukan untuk berdagang dan mendapatkan keuntungan materi, namun semuanya untuk
perdagangan akhirat serta meraih surga dan diselamatkan dari api neraka.
Kemudian ketika tersebar berita akan Islamnya penduduk Mekkah dan sampai berita
ini kepada mereka di Habasyah, mereka pun kembali hingga ketika telah mendekat
ke kota Mekkah, mereka akhirnya sadar bahwa berita tersebut tidaklah benar.
Tapi, mereka tetap masuk kota Mekkah dengan jaminan keamanan dari sebagian
penduduk Mekkah. Diantara yang kembali tersebut adalah Utsman bin Affan dan
istri beliau Ruqayyah Radhiyallahu ‘anha. Utsman kembali menetap di Mekkah dan
kembali mendapatkan gangguan dan penganiayaan dari orang-orang Mekkah. Tapi hal
tersebut tidak membuatnya lari dari agamanya, hingga Nabi SAW berhijrah ke kota
Madinah bersama para sahabatnya dan beliau pun ikut serta berhijrah. Usman
termasuk orang yang berhijrah dua kali. Hal ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dalam Shahihnya[8].
C. Khalifah Usman Bin Affan Ketika Di
Madinah
Khalifah usman bin affan kembali
menetap di Mekkah dan kembali mendapatkan gangguan dan penganiayaan dari
orang-orang Mekkah. Tapi hal tersebut tidak membuatnya lari dari agamanya,
hingga Nabi SAW berhijrah ke kota Madinah bersama para sahabatnya dan beliau
pun ikut serta berhijrah. Di kota Madinah mereka di sambut baik oleh
penduduknya. Rosul SAW mempersaudarakan mereka dengan kaum Anshor yang mana
sahabat utsman mendapat bagian dengan Aus bin Tsabit, Rosul SAW sebelum shulhul hudaibyyah mengutus beliau ke Makkah,
kemudian datang kabar atas terbunuhnya beliau oleh penduduk Makkah, pada saat
itu Rosul SAW meminta para sahabat untuk berbai’at yang di kenal dengan
Ba’iatur Ridwan ,Rosul SAW juga membangun masjid quba’, dan beliaulah yang
pertama kali melakukan perluasan masjid tersebut karena semakin ramai umat
Islam yang menjalankan rukun Islam kelima ( haji ).
D. Awal Kekholifahan Usman Bin Affan
Khalifah usman bin affan menjabat
kholifah setelah wafatnya sahabat Umar RA bulan Muharrom tahun 24 H ketika itu
sahabat Umar RA berusia 68 menurut hitungan masehi atau 70 menurut hitungan
hijriyyah[9]. Awal masa kekhalifahan Utsman dilakukan dengan majelis syuro, atas usulan
Umar yang pada mulanya ia ragu, namun setelah di fikir matang-matang, bahwa
kalau dibiarkan begitu saja keadaan akan kacau. Oleh karena itu, umar membentuk
majelis syura, menjelang wafat Umar bin Khattab berpesan selama tiga hari, imam
masjid hendaknya diserahkan pada Suhaib al-Rumi. Namun pada hari keempat
hendaknya telah dipilih seorang pemimpin penggantinya. Umar memberikan enam
nama. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Saad bin Abi Waqas, Abdurrahman bin Auf dan Thalhah bin Ubaidillah. Keenam
orang itu berkumpul. Abdurrahman bin Auf memulai pembicaraan dengan mengatakan
siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya
mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman, dan
Ali, maka Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang
meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah. Imar anak
Yasir mengusulkan Ali. Begitu pula Mikdad. Sedangkan Abdullah bin Abu Sarah
berkampanye keras untuk Utsman. Abdullah dulu masuk Islam, lalu balik menjadi
kafir kembali sehingga dijatuhi hukuman mati oleh Rasul. Atas jaminan Utsman
hukuman tersebut tidak dilaksanakan. Abdullah dan Utsman adalah “saudara susu”.
Disebutkan bahwa, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Saat
itu, kehidupan ekonomi Madinah sangat baik. Abdurrahman -yang juga sangat kaya–
pun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka
sama-sama keluarga Umayah. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun.
E. Prestasi-prestasi Yang
Pernah diraih Pada Masa khalifah usman bin affan
Masa kekhalifahan Usman bin Affan
merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Ada yang menyebutkan dalam
ceritanya sampai rakyatnya melakuakan haji berkali-kali. Bahkan seorang budak
dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya. Beliau adalah khalifah yang
pertama kali melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi
(Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima
(haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan
khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan
oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotthob biasanya mengadili
suatu perkara di masjid. Pada masa Utsman khutbah Idul fitri dan idul adha
didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at.
Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali
tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian. Pada masa Utsman juga,
kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai
armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria,
Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk
mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah.
1. Perluasan wilayah Islam
Perlu diketahui bahwa
setelah Kholifah Umar RA wafat ada beberapa daerah yang membelot terhadap pemerintahan Islam.
Sebagaimana yang di lakukan oleh Yazdigard yang berusaha menghasut kembali
masyarakat Persia agar melakukan perlawanan terhadap penguasa Islam, akan
tetapi pemerintah Islam berhasil memusnahkan gerakan pemberontakan sekaligus
melanjutkan perluasan ke negeri – negeri Persi lainnya, sehingga beberapa kota
besar seperti Hisrof, Kabul, Turkistan jatuh pada kekuasaan Islam. Juga
terdapat daerah lain yang membelot dari pemerintahan Islam, seperti Khurosan
dan Iskandaria, adapun Iskandaria bermula dari kedatangan kaisar Konstan II
dari Roma Timur atau Bizantium yang menyerang Iskandaria dengan mendadak,
sehingga pasukan Islam tidak dapat menguasai serangan . Panglima Abdullah bin
Abi Sarroh yang menjadi wali di daerah tersebut meminta pada kholifah Utsman
untuk mengangkat kembali panglima ‘Amru bin ‘ash yang telah di berhentikan
untuk menangani masalah di Iskandaria. Dan permohonan tersebut di kabulkan,
selain itu ,kholifah Utsman bin ‘Affan juga mengutus Salman Robi’ah Al – Baini
untuk berdakwah ke Armenia. Ia berhasil mengajak kerjasama penduduk Armenia.
Perluasan Islam memasuki Tunisia ( Afrika Utara ) di pimpin oleh Abdullah bin
Sa’ad bin Abi Zarrah, yang mana Tunisia sudah lama sebelumnya di kuasai Romawi.
Tidak hanya itu saja pada saat Syiria bergubernurkan Mu’awiyah, ia berhasil
menguasai Asia kecil dan Cyprus. Dimasa pemerintahan Utsman, negeri – negeri
yang telah masuk ke dalam kekuasaan Islam antara lain : Barqoh, Tripoli Barat,
bagian selatan negeri Nubah, Armenia dan beberapa bagian Thabaristan bahkan
telah melampui sungai Jihun ( Amu Daria ), negeri Balkh ( Baktaria ) Hara,
Kabul, Gaznah di Turkistan.
2. Pembentukan Armada laut Islam
Pembangunan angkatan laut bermula
dari adanya rencana khalifah usman bin affan untuk mengirim pasukan ke Afrika,
Mesir, Cyprus. Untuk sampai ke daerah tersebut harus melalui lautan. Pada saat
itu, Muawiyah, gubernur di Syiria harus menghadapi serangan angkatan laut
Romawi di daerah pesisir provinsinya. Untuk itu, ia mengajukan permohonan
kepada khalifah Utsman untuk membangun angkatan laut dan di kabulkan oleh
kholifah. Itulah pembangunan armada yang pertama dalam sejarah Dunia Islam.
Selain itu, keberangkatan pasukan ke Cyprus yang melalui lautan, juga ummat
Islam agar membangun armada angkatan laut. Pada saat itu pasukan di pimpin oleh
Abdullah bin Qusay Al – Harisi yang di tunjuk sebagai Amirul Bahr atau panglima
angkatan laut. Di samping itu, serangan yang di lakukan oleh bangsa Romawi ke
Mesir melalui laut, juga memaksa ummat Islam agar segera mendirikan angkatan
laut. Bahkan pada tahun 646 M, bangsa Romawi telah menduduki Alexandria dengan
penyerangan dari laut. Atas perintah kholifah ‘Utsman, Amr bin Ash dapat
mengalahkan bala tentara bangsa Romawi dengan armada laut yang besar pada tahun
651 M di Mesir.
3.Kodifikasi al – Qur’an
Pemerintahan Islam semakin
meluas, beberapa negara telah di taklukkan dan para Qori’ pun tersebar di
berbagai daerah, sehingga perbedaan bacaan pun terjadi yang di akibatkan
berbedanya qiro’at dari qori’ yang sampai pada mereka. Sebagian kaum muslimin
tidak mempermasalahkan perbedaan tersebut, karena perbedaan – perbedaan
tersebut di sandarkan pada Rasul SAW. Sebagian yang lain khawatir akan
menimbulkan keraguan pada generasi berikutnya yang tidak langsung bertemu Rasul
SAW. Ketika terjadi peperangan di Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak,
Hudzaifah melihat banyak perbedaan dalam bacaan al – Qur’an. Melihat hal
tersebut beliau melaporkannya kepada kholifah Utsman. Para sahabat khawatir
kalau perbedaan tersebut akan membawa perpecahan pada kaum muslimin. Mereka
sepakat menyalin lembaran pertama yang telah di lakukan oleh kholifah Abu Bakar
yang di simpan oleh istri Rosul SAW, sayyidah Hafshoh RA. Dan menyatukan umat
Islam dengan satu bacaan. Selanjutnya Kholifah ‘Utsman mengirim surat pada
Sayyidah Hafsoh agar mengirimkan lembaran – lembaran yang bertuliskan al –
Qur’an, kemudian Sayyidah Hafshoh mengirimkannya kepada kholifah Utsma.
Kholifah ‘Utsman memerintahkan para sahabat antara lain ; Zaid bin Tsabit,
Abdullah bin Zubair, Sa’ad bin Al – ‘Ash, dan Abdurrohman bin Harits bin
Hisyam,untuk menyalin mushaf . Kholifah ‘Utsman berpesan bila anda berbeda
pendapat tentang hal al – Qur’an maka tulislah dengan ucapan lisan Quraisy
karena al – Qur’an diturunkan di Quraisy. Setelah mereka menyalin ke dalam
beberapa mushaf , kholifah ‘Utsman mengembalikan lembaran mushaf asli kepada
Sayyidah Hafshoh.Selanjutnya ia menyebarkan mushaf yang telah di salinnya ke
seluruh daerah dan memerintahkan agar semua bentuk lembaran mushaf yang lain di
bakar. Mushaf ditulis sebanyak lima buah, empat buah di kirimkan ke daerah –
daerah Islam supaya di salin kembali , satu buah di simpan di Madinah untuk
Kholifah ‘Utsman sendiri dan mushaf ini di sebut mushaf al – Imam atau mushaf
‘Utsmani.
Dengan demikian dapat di
simpulkan bahwa motif pengumpulan mushaf oleh Kholifah Abu Bakar dan khalifah
usman bin affan berbeda. Pengumpulan mushaf yang di lakukan oleh Kholifah Abu
Bakar dikarenakan danya kekhawatiran akan hilangnya al – Qur’an karena banyak
huffadz yang meninggal pada peperangan, sedangkan motif pengumpulan mushaf oleh
Kholifah ‘Utsman dikarenakan banyaknya perbedaan bacaan yang di khawatirkan
timbulnya perpecahan.
F. Sebab-sebab Berakhirnya
kekhalifahan Usman bin Affan RA
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam mengetahui akan terjadinya fitnah di masa pemerintahan kholifah ‘Utsman
RA – dengan kabar dari Allah SWT kepada beliau – dan karena kecintaan beliau
kepada Utsman Radhiyallahu ‘anhu serta antusias beliau untuk memberikan
kemaslahatan bagi umat ini setelah beliau, beliaupun mendo’akan Utsman dan
mengabarkan kepadanya dengan hal-hal yang berkaitan dengan fitnah ini yang
berakhir dengan terbunuhnya beliau. Dan Nabi SAW bersemangat untuk merahasiakan
kabar ini, hingga hal tersebut tidak sampai kepada kita melainkan apa yang
telah dikatakan oleh Utsman Radhiyallahu ‘anhu ketika terjadi fitnah, ketika
dikatakan kepadanya : Mengapa engkau tidak memerangi? Beliau mengatakan :
Tidak, sesungguhnya Rasulullah SAW telah mengambil sumpah dariku dan
sesungguhnya aku bersabar atas hal ini.[12]
Pada mulanya pemerintahan
khalifah usman bin affan berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang
bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh
Sa’ad bin Abi Waqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab. Kemudian
beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik,
untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu
diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai
kemampuan) dalam bidang tersebut. Adapun pejabat – pejabat yang di angkat
kholifah ‘utsman antara lain :
1.
Abdullah bin Sa’ad ( saudara susuan kholifah ‘Utsman RA) sebagai
wali Mesir menggantikan Amru bin ‘Ash .
2.
Abdullah bin Amir bin Khuraiz sebagai wali Bashroh menggantikan Abu Musa al
– Asy’ari.
3.
Walid bin ‘Uqbah bin Muis ( saudara susuan kholifah ‘Utsman RA ) sebagai
wali Kufah menggantikan Sa’ad bin Abi Waqos.
4.
Marwan bin Hakam ( keluarga kholifah ‘utsman ) sebagai sekretaris
kholifah ‘Utsman.
Tindakan khalifah usman bin affan
yang terkesan nepotisme ini merupakan salah satu kekurangan kekhalifahan pada
masa Utsman Bin Affan RA dan mengundang protes dari orang-orang yang dipecat,
walaupun tuduhan tersebut tidaklah beralasan karena pribadi kholifah ‘Utsman RA
bersih. Pengangkatan kerabat oleh kholifah ‘Utsman bukan tanpa pertimbangan.
Hal ini di tunjukkan oleh jasa yang di buat oleh Abdullah bin Sa’ad dalam
melawan Romawi di Afrika Utara dan juga keberhasilannya dalam mendirikan
angkatan laut. maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’
yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah
Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh
khalifah Utsman. Posisi-posisi penting diserahkan Kholifah Utsman pada
keluarganya Bani Umayyah. Yang paling kontroversial adalah pengangkatan Marwan
bin Hakam sebagai sekretaris negara. Banyak yang curiga, Marwan-lah yang
sebenarnya memegang kendali kekuasaan di masa Ustman.
Di masa itu, posisi Muawiyah anak
Abu Sofyan mulai menjulang menyingkirkan nama besar seperti Khalid bin Walid.
Amr bin Ash yang sukses menjadi Gubernur Mesir, diberhentikan dan diganti
dengan Abdullah bin Abu Sarah keluarga yang paling aktif berkampanye untuk
kholifah Ustman dulu. Kholifah Usman minta bantuan Amr kembali begitu Abdullah
menghadapi kesulitan. Kholifah Ustman mengangkat saudaranya seibu, Walid bin
Ukbah menggantikan tokoh besar Saad bin Abi Waqas. Namun Walid tak mampu
menjalankan pemerintahan secara baik. Ketidakpuasan menjalar ke seluruh
masyarakat.
Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan-lah aliran Syiah
lahir dan Abdullah Bin Sab’ disebut sebagai pencetus aliran Syi‟ah tersebut.
Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang
hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan.
Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’.
Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah
yang menuntut kepada Khalifah Utsman, tuntutan dari banyak daerah ini tidak
dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman
memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan
Muhammad bin Abi Bakar Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh
khalifah, maka mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir,
mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang
mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir
yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar
(Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk meminta tekad
akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan. Setelah surat diperiksa,
terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka
melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :
1.
Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
2.
Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Khalifah usman bin affan tidak mengabulkan permohonannya dengan alasan
karena Marwan baru berencana membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan
tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran. Apabila
engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”. Setelah
mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka
mereka melanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Ketika
Utsman Radhiyallahu ‘anhu melihat bahwa ajakan untuk berdamai dengan mereka
tidak berhasil, bahkan pengepungan mereka terhadapnya semakin menjadi-jadi, beliaupun
bermusyawarah dengan Abdullah bin Salam. Abdullah bin Salam pun memberikan
isyarat agar beliau menahan diri dari memerangi mereka, agar hal tersebut
semakin bisa menjadi hujjah bagi beliau di sisi Allah kelak. Abdullah bin Salam
berkata kepada beliau : “Tahan dan tahanlah, karena hal itu akan menjadi hujjah
bagimu[13]“. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat
oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin
Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih
sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur
kata yang santun. Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal
rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur
Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca al-Qur‟an.
Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib,
Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah al Ghafiki dan Sudan bin
Hamran. Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah
menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun.
G. Akibat buruk pasca terbunuhnya Utsman
Sungguh tragedi pembunuhan
terhadap khalifah usman bin affan merupakan sebab terjadinya banyak fitnah.
Tragedi tersebut merupakan awal munculnya fitnah ditengah umat ini, hingga
berubahlah hati-hati manusia, nampak kedustaan dimana-mana, mulainya
penyimpangan dari Islam baik dalam aqidah, dan syariat. Sungguh pembunuhan
terhadap Utsman merupakan sebab utama terjadinya banyak fitnah dan karenanya
umat ini terpecah belah hingga hari ini.[14] Dari Abu Utsman An-Nahdhi bahwasanya Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu
‘anhu berkata :“Seandainya pembunuhan terhadap Utsman itu benar maka umat ini
akan memeras susu, akan tetapi hal itu adalah kesesatan, oleh karena itu umat
Islam memeras darah”[15] Ibnu Asaakir meriwayatkan dengan sanad kepada Samurah bin Jundub
Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata : “Sesungguhnya Islam dahulu dalam benteng
yang kokoh, akan tetapi mereka melubangi benteng Islam tersebut dengan
pembunuhan terhadap Utsman. Mereka menggoreskan goresan dan tidak dapat
menutupnya kembali sampai hari kiamat. Dan penduduk Madinah dahulu memiliki
kekhalifahan, tapi mereka mengeluarkannya, dan tidak akan mungkin kembali lagi
kepada mereka[16]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nabi SAW bersabda : “Janganlah
kalian mencaci para sahabatku. Demi jiwaku yang ada ditangan-Nya, seandainya
seseorang diantara kalian menginfakkan satu gunung Uhud emas, hal itu tidak
sebanding dengan satu mud atau bahkan setengah mud mereka.” (HR. Bukhari dan
Muslim) Khalifah Utsman adalah orang yang berhati mulia, sabar dan
dermawan terutama untuk kepentingan jihad Islam. Usaha khalifah Utsman dalam
meluaskan wilayah Islam sangatlah banyak, diantaranya merebut daerah Iskandaria
dan Khurosan sehingga muncullah suatu usaha untuk membuat armada laut. Hal lain
yang berhasil di lakukan oleh kholifah Utsman bin Affan dan sangat bermanfaat
bagi umat Islam sepanjang masa adalah menyusun mushaf al – Qur’an yang di
kumpulkannya dari istri Rosul SAW sayyidah Hafshoh RA . Yang kemudian
mengirimkannya agar di perbanyak ke berbagai daerah otonomnya.
Kepemimpinan khalifah usman bin affan sangat produktif. Banyak hal yang telah
dicapai dengan gemilang dengan usia beliau RA yang sudah tua yakni 70 tahun
diawal menjabat hingga 82 tahun ketika beliau wafat. Betapa usia tak
menyurutkan niat beliau untuk mengabdi demi tegaknya bendera Islam.Allah
SWT berfirman :”Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama
dengan dia adalah keras terhadap orang – orang kafir, tetapi berkasih sayang
sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan
keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.
Demikianlah sifat – sifat mereka
dalam Taurat dan sifat – sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang
mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi
besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya, tanaman itu menyenangkan
hati penanam – penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang
kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min). Allah menjanjikan kepada
orang-orang yangberiman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.” [QS. Al-Fath: 29] .Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda tentang mereka (para sahabat) : “Sebaik-baik umatku adalah
generasi yang saya diutus kepada mereka” (Imam Muslim Bin Hajjaj, Shohih Muslim, ( Dar Thoyyibah, 2008 ) 4/1963-1964)
B. Saran
Makalah
Pendidikan Sejarah Perkembangan Islam ini diharapkan menjadi masukan dan bahan
tambahan dalam memahami sejarah seluk beluk tenteng Usman bin Affan.
Penulis juga mengharapkan makalah ini dapat dikembangkan oleh para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Al – Qur’an Al karim.
2.
Amin. al – Khulafaurrosyidin, A’mal wa Ahdats, Dar
Furqon 2004 M.
3.
Hitti, Philip K. Makers of Arab History, London:
1968.
4.
Hakim, Moh Nur. .sejarah peradaban Islam. Jakarta
: 2004.
5.
Ibnu Hajar al – ‘Askolani . Fathul Bari, Bairut
: Dar al Ma’rifah 1379 H.
6.
Ibnu Sa’ad . Attobaqot Al – Kubro, Maktabah
al Khonji, 2008.
7.
Jalaluddin Suyuthi. Tarikh Khulafa’, Http.///
Islam House. Com 2013.
8.
Lapidus, History of Islamic Societies. New York :
Cambridge University Press, 1988.
9.
Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta
: Logos,1997.
10. Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
11. Sami bin Abdillah al – Malghuts. Ahammul Ahdats at Tarikhiyyah fi ‘ahdi al –
Khulafaurrosyidin, Riyad : Obekan, 1426
H.
12. Sami bin Abdillah al – Malghuts. Atlas at Tarikh Li siroh ar – Rosul, Riyad :
Malik Fahd Al wathoniyyah, 1426 H.
13. Shodiq Ibrohim. Utsman bin Affan, Dar Sa’udiyyah,1981 M.
14. Syalabi, A., Sejarah dan kebudayaan Islam, Jakarta :PT. Pustaka
Al – Husna, 2003.
15. Yatim, Badri.Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : Grafindo
Persada 2002.
[3] Sayyidah Ruqoyyah wafat di bulan Romadlon tahun 2 H bertepatan dengan
tahun perang badar, sedangkan sayyidah Ummu kultsum wafat di bulan sya’ban
tahun 9 H. Ibid, 14.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar