BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan
sahabat Nabi yang menjadi salah satu orang yang mendapat gelar Asabiqunal
Awwalun yaitu orang-orang yang pertama kali masuk Islam. Beliau juga
mendapat gelar Ash-Shiddiq lantaran beliau lah orang yang
membenarkan peristiwa Isra’ dan Mi’raj Rasulullah.
Nabi Muhammad SAW wafat pada
tanggal 12 Rabiulawal tahun 11 H atau tanggal 8 Juni 632 M. Saat itu, Beliau
berumur 63 tahun. Sesaat setelah beliau wafat, situasi di kalangan umat Islam
sempat kacau. Hal itu disebabkan Nabi Muhammad SAW tidak menunjuk calon
penggantinya secara pasti, dua kelompok yang merasa paling berhak dicalonkan
sebagai pengganti nabi Muhammad SAW adalah kaum Muhajirin dan kaum Anshar.
Kaum Muhajirin berpendapat bahwa
merekalah yang berhak menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Mereka
mengemukakan alasan bahwa kaum Muhajirin adalah orang-orang pertama yang
menerima islam dan berjuang bersama Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, kaum
muhajirin mengusulkan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai pengganti Nabi SAW. Mereka
memperkuat usul itu denga kenyataan bahwa Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah orang
yng menggantikan Nabi SAW menjadi imam sholat ketika beliau sakit.
Di pihak lain, kaum Anshar
berpendapat bahwa mereka adalah yang paling tepat menggantikan posisi Nabi
Muhammad SAW. Mereka mengemukakan alasan bahwa islam dapat berkembang dan
mengalami masa kejayaan setelah Nabi hijrah ke Madinah dan mendapat pertolongan
kaum Anshar, kaum anshar kemudian mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai pengganti.
Perbedaan pendapat antara dua
kelompok tersebut akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah Umar bin
Khatab mengemukakan pendapatnya. Selanjutnya, Umar menegaskan bahwa yang paling
berhak memegang pimpinan sepeninggal Rasulullah orang-orang Quraisy. Alasan
tersebut dapat diterima kedua belah pihak akhirnya, Umah bin Khatab membaiat
Abu Bakar Ash Shidiq menjadi khalifah dan diikuti oleh Sa’ad bin Ubadah.
Setelah pengangkatan Abu Bakar
Ash-Shiddiq menjadi khalifah, umat islam mendapat pemimpin baru yang mengatur
segala permasalahan kehidupan. Di masa pemerintahan beliau terdapat beberapa
peristiwa penting seperti munculnya nabi palsu, penolakan untuk mengeluarkan
zakat dan sebagainya. Gejolak dan pembangkangan yang ada dapat ditangani beliau
dengan baik. Bahkan kekuasaan Islam tetap tumbuh pada masa pemerintahan beliau
walaupun banyak hambatan dan rintangan meliputi era kekhalifahan beliau.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang
tersebut kami merumuskan masalah sebagai berikut, yaitu:
1.
Silsilah Abu Bakar Ash-Shiddiq
2.
Perjuangan Abu Bakar dalam Berdakwah
3.
Proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi Khalifah
4.
Permasalahan yang timbul di kalangan umat Islam dan langkah-langkah yang
dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq mengatasinya
5.
Kemajuan kebudayaan Islam pada masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
C. Tujuan
Tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui sosok Abu Bakar Ash-Shiddiq
2.
Mengetahui peran penting beliau dalam Islam
3.
Mengetahui sejarah perkembangan Islam pada masa beliau menjadi khalifah
4.
Mengambil pelajaran bagaimana cara beliau memimpin umat
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Abu Bakar Ash-Shiddiq dan
Silsilahnya
1.
Nama Abu Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah lelaki yang
pertama kali memeluk Islam, walaupun Khadijah lebih dahulu masuk Islam
daripadanya, adapun dari golongan anak-anak, Ali yang pertama kali memeluk
Islam, sementara Zaid bin Haritsah adalah yang pertama kali memeluk Islam dari
golongan budak.
Ternyata keislaman Abu Bakar
paling banyak membawa manfaat besar terhadap Islam dan kaum muslimin
dibandingkan dengan keislaman selainnya, karena kedudukannya yang tinggi dan
semangat serta kesungguhannya dalam berdakwah. Dengan keislamannya maka masuk
mengikutinya tokoh-tokoh besar yang masyhur seperti Abdurrahman bin Auf, Sa’ad
bin Abi Waqqas, Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah.
Sebelum masuk Islam, ia dipanggil
dengan sebutan Abdul Ka’bah. Ada cerita menarik tentang nama ini. Ummul Khair,
ibunda Abu Bakar sebelumnya beberapa kali melahirkan anak laki-laki. Namun
setiap kali melahirkan anak laki-laki, setiap kali pula mereka meninggal.
Sampai kemudian ia bernazar akan memberikan anak laki-lakinya yang hidup untuk
mengabdi pad Ka’bah. Dan lahirlah Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar lahir dan besar
ia diberi nama lain; Atiq. Nama ini diambil dari nama lain Ka’bah, Baitul Atiq
yang berarti rumah purba. Setelah masuk Islam, Rasulullah memanggilnya dengan
sebutan Abdullah. Nama Abu Bakar sendiri konon berasal dari predikat pelopor
dalam Islam. Bakar berarti dini atau awal.
Nama Abu Bakar ash-Shiddiq
sebenarnya adalah Abdullah bin Usman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi.
Bertemu nasabnya dengan Nabi pada kakeknya Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.
Dan ibunya adalah Ummu al-Khair
Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan
ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.
Ayahnya diberi kuniyah (sebutan
panggilan) Abu Quhafah. Dan pada masa jahiliyyah Abu Bakar ash-Shiddiq digelari
Atiq. Imam Thabari menyebutkan dari jalur Ibnu Luhai’ah bahwa anak-anak dari
Abu Quhafah tiga orang, pertama Atiq (Abu Bakar), kedua Mu’taq dan ketiga
Utaiq.
2.
Karakteristik Abu Bakar
Ash-Shiddiq
Abu Bakar adalah seorang yang
bertubuh kurus, berkulit putih. Aisyah menerangkan karakter bapaknya, “Beliau
berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang
(sehingga kainnya selalu turun dari pinggangnya), wajahnya selalu
berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, tidak bisa bersaja’ dan selalu mewarnai
jenggotnya dengan memakai hinai maupun katam.” Begitulah karakter fisik beliau.
Adapun akhlaknya, beliau terkenal
dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang
cemerlang dalam keadaan genting, banyak toleransi, penyabar, memiliki azimah
(keinginan keras), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan Arab dan
berita-berita mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala
janjiNya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud
terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah,
serta lembut dan ramah, semoga Allah meridhainya. Akan diterangkan kelak secara
rinci hal-hal yang membuktikan sifat-sifat dan akhlaknya yang mulia ini.
3.
Isteri dan Anak Abu Bakar
Ash-Shiddiq
Abu Bakar pernah menikahi
Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As’ad pada masa Jahiliyyah dan dari
pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma’.
Beliau juga menikahi Ummu Ruman
binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman dari Kinanah, dari pernikahan
tersebut lahirlah Abdurrahman dan ‘Aisyah.
Beliau juga menikahi Asma’ binti
Umais bin Ma’add bin Taim al-Khats’amiyyah, dan sebelumnya Asma’ diperisteri
oleh Ja’far bin Abi Thalib.
Dari hasil pernikahan ini
lahirlah Muhammad bin Abu Bakar, dan kelahiran tersebut terjadi pada waktu haji
Wada’ di Dzul Hulaifah.
Beliau juga menikahi Habibah
binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj.
Abu Bakar pernah singgah di rumah
Kharijah ketika beliau datang ke Madinah dan kemudian mempersunting putrinya, dan
beliau masih terus berdiam dengannya di suatu tempat yang disebut dengan
as-Sunuh hingga Rasulullah wafat dan beliau kemudian diangkat menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah. Dari pernikahan tersebut lahirlah Ummu Kaltsum setelah
wafatnya Rasulullah.
B.
Perjuangan Abu Bakar Ash-Shiddiq
dalam Berdakwah
1.
Abu Bakar Ash-Shiddiq Sebelum
Masuk Islam
Sosok Abu Bakar As Shiddiq
dikenal sebagai shahabat dekat Rasulullah, dan merupakan orang yang paling
dicintai oleh Rasulullah SAW. Beliau menjadi orang yang sangat berjasa besar
dalam penyebaran risalah Islam.
Abu Bakar dilahirkan setelah
tahun Gajah, maka beliau lebih muda dari Rasulullah karena Rosul dilahirkan di
tahun Gajah. Tetapi para ulama bersilang pendapat mengenai jarak waktu antara
tahun gajah denga waktu kelahiran beliau. Diantara ulama ada yang berpendapat
bahwa beliau dilahirkan 3 tahun selepas tahun Gajah, ada yang mengatakan 2
tahun 6 bulan, ada yang berpendapat 2 tahun beberapa bulan tanpa menetapkan
jumlah bulannya.
Beliau hidup dalam lingkungan keluarga
yang baik dan mulia di antara kaumnya. Bahkan Abu Bakar temasuk salah satu
pembesar Quraisy dari Bani Taim. Dia menjadi orang yang mulia dan terkemuka di
kaumnya. Bahkan sebelum Islam Abu Bakar terkenal sebagai orang yang mampu
menjaga diri dari perilaku perilaku jahiliyah seperti minum khamr, zina, dan
bahkan diriwayatkan bahwa beliau termasuk orang yang tidak pernah bersujud
kepada berhala.
Dalam hal keilmuan pun Abu Bakar
terkenal seorang ahli nasab. Dia bahkan menjadi rujukan dan guru para ahli nasab
di zamannya seperti ‘Uqail bin Abi Thalib dan yang lainnya. Dan Rasulullah
pernah bersabda mengenai hal ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
‘Aisyah R.A.
إن أبا بكر أعلم قريش بأنسابها
“Sesungguhnya Abu Bakar adalah
orang Quraisy yang paling mengetahui nasab-nasab mereka.”
Beliau juga terkenal sebagai
saudagar kaya yang sering berdagang ke negeri Syam. Beliau menjadi sahabat
Rasulullah sejak dari kecil hingga dewasa, bahkan dalam dunia perdagangan saat
Rasulullah menjadi pedagang.
2.
Abu Bakar Ash-Shiddiq Setelah
Masuk Islam
Abu Bakar termasuk orang yang
menjaga diri di masa jahiliyah. Dia tidak pernah bersujud kepada berhala dan
bahkan berusaha mencari agama yang benar dan sesuai dengan fitrah yang suci.
Dengan profesinya sebagai pedagang, beliau sering melakukan perjalan jauh ke
berbagai wilayah. Dalam perjalananya inilah beliau selalu berhubungan dengan
penganut berbagai agama demi mencari agama yang paling benar sesuai fitrah
manusia. Maka banyak penulis yang sering menuliskan bahwa keimanan Abu Bakar
lahir dari perjalanan perncariannya terhadap agama yang lurus sesuai fitrah.
Dikisahkan pula bahwa beliau
sering berbincang dengan orang-orang yang masih berpegang pada ajaran tauhid
semisal Waraqah bin Naufal dkk. Abu Bakar pernah bercerita bahwa ketika dia
duduk di sekitar Ka’bah, saat itu ‘Amru bin Nufail juga sedang duduk. Kemudian
lewatlah Umayyah ibnu Abi As Shalt dan bertanya: “Bagaimana kabarmu wahai
pencari kebaikan?” (maksudnya pencarian agama yang benar) lalu beliau menjawab:
“Baik” maka Ibnu Abi Shalt pun bertanya kembali: “Apa kamu sudah menemukannya?”
dan beliau pun menjawab: “Belum”
a.
Sampainya Dakwah kepada Abu Bakar Ash Shiddiq
Abu Bakar merupakan orang yang
sangat dekat dan memiliki hubungan yang kuat dengan Rasulullah Muhammad Saw. di
masa jahiliyah. Maka ketika Rasulullah mengajaknya kepada Islam Abu Bakar
adalah satu-satunya orang yang langsung menerima Islam tanpa sedikitpun
keraguan. Adapun kisah keIslaman beliau adalah sebagai berikut:
“Kemudian Abu Bakar menemui
Rasulullah Saw. seraya bertanya: “Apakah benar yang dikatakan oleh kaum Quraisy
wahai Muhammad? Bahwa engkau telah meninggalkan tuhan-tuhan kami, membodohkan
akal kami, dan mengkafirkan orang tua kami?” Rasulullah menjawab: “Benar,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan nabi-Nya, Allah mengutusku untuk
menyampaikan risalahNyadan mengajakmu menunju Allah dengan benar. Demi Allah
ini adalah risalah yang benar. Aku mengajakmu wahai Abu Bakar kepada Allah yang
Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya, dan janganlah engkau menyembah selainNya dan
agar selalu setia dalam ketaatan kepada-Nya.” Kemudian Rosul membacakan
Al-Quran dan Abu Bakar tidak mengakui dan tidak pula mengingkari. Kemudian
dia masuk Islam dan mengingkari berhala, menanggalkan sekutu-sekutu Allah dan
mengakui kebenaran Islam. Dan Abu Bakar pun pulang dalam keadaan sebagai
seorang mukmin yang membenarkan.”
Ibnu Katsir dalam al-Bidâyah
wa Nihâyah menyebutkan beberapa riwayat yang mengatakan bahwa Abu
Bakar adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan laki-laki. Beliau
juga merupakan orang yang pertama kali shalat bersama Nabi Saw.
b.
Perannya setelah masuk Islam
Setelah menyatakan dirinya masuk
Islam, Abu bakar menjadi orang yang sangat besar peranannya dalam penyebaran
risalah dan dakwah Islam. Banyak dari sahabat-sahabat besar yang masuk Islam
melalui Abu Bakar Ah Shiddiq. Diantaranya adalah Zubaeir bin Awwam, Utsman bin
Affan, Thalhah bin Ubaidillah, Saad bin Abi Waqash, Utsman bin Math’un, Abi
Ubaidah bin Jarah, Abi salamah bin Abdul Asad, Al Arqam ibnu Abi’l Arqam. Abu
Bakar juga mengajak keluarganya untk memeluk Islam dan berhasil mengIslamkan
putrinya Aisyah dan Asma’, putranya Abdullah, Istrinya Ummu Rumman, juga
pembantunya Amir bin Qahirah.
Abu Bakar menjadi pendamping
Rasulullah dalam perjalanan dakwah beliau. Abu Bakar belajar bahwa Islam adalah
amal, dakwah dan jihad. Keimanan baginya tak hanya cukup dengan sekedar percaya
belaka, namun lebih dari itukeimanan takkan pernah sempurna sehingga seorang
muslim menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Allah SWT
Dan Abu Bakar pun menjadi sahabat
Rasulullah yang berperan sangat besar dalam penyebaran risalah Islam. Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. Bahwa ketika umat Islam masih
berjumlah 38 orang, Abu Bakar mendesak Rasulullah agar umat Islam tidak lagi
menyembunyikan keIslamannya. Meski Rasul sendiri awalnya menolak usulan ini,
namun Abu Bakar terus mendesak hingga Rosul pun menerima usulan ini. kemudian
ketika berada di Masjidil Haram Abu Bakar pun berpidato sedang Rasulullah
duduk. Maka dari itu Abu Bakar adalah orang yang pertama kali berpidato
mengajak kepada Islam. Ketika itu orang-orang musyrik segera mengeroyok beliau
hingga beliau pun babak belur, tapi beruntung Bani Taim segera datang dan
menyelamatkannya dari amukan kaum musyrikin. Ketiak itu bani Taim yang melihat
luka-luka Abu Bakar yang parah menghawatirkan kalau Abu Bakar akan meninggal.
Sehingga mereka kembali ke Masjid dan memberikan pengumuman bahwa kalau sampai
Abu Bakar meninggal maka mereka akan membunuh Uqbah bin Rabi’ah.
Saat abu bakar siuman, bani Taim
pun berusaha menanyainya namun Abu Bakar terus menyanyakan bagaimana keadaan
Rasulullah. Dan Ummu Khair (ibu Abu Bakar) diminta untuk membujuknya agar mau
makan. Namun ia tetap saja terus menanyakan Nabi Muhammad Saw. karena ibunya
memang tak tau menahu tentang keadaan Rosul, maka Abu Bakar memintanya untuk
menayakannya kepada Ummu Jamil binti Khattab. Ummu Jamil pun datang menemui Abu
Bakar dan mengabarkan padanya bahwa Rasulullah selamat, baik-baik saja dan
sekarang sedang berada di Darul Arqam. Ketika itu Abu bakar pun meminta untuk
menemui Rasulullah di Darul Arqam. Rasulullah dan kaum Muslimin menyambut
hangat kedatangan beliau. Saat itulah ia meminta agar Rasulullah mengajak
ibunya untuk masuk Islam dan mendoakannya agar bisa terselamatkan dari siksa
neraka. Kemudian Rosulpun mendoakan dan mengajaknya kepada Islam. Ummu Khair
pun masuk Islam.
Keteguhan beliau dalam membela
dan mendampingi Rasulullah ini menjadikan beliau menjadi orang yang paling
dekat dan dicintai oleh Rasulullah. Sehingga tak heran ketika kabar Isra’
Mi’raj sampai kepadanya tak ada keraguan sedikitpun dalam hatinya seraya
mengtakan “Jika yang mengatakannya adalah Nabi Muhammad maka itu
pasti benar”. Tak heran ketika QS. An-Nasr turun, beliau menjadi orang pertama
yang menangis karena menyadari bahwa sahabat dekatnya akan segera
meninggalkannya menghadap sang Khaliq. Tak heran juga jika Rasulullah pun
menjadikan belaiu sebagai Imam mengantikan Rasulullah saat terbaring sakit. Dan
tak heran pula, jika umat islam pun membaiat beliau menjadi khalifah
sepeninggal Rasulullah Saw.
C.
Proses Pengangkatan Abu Bakar
Ash-Shiddiq Menjadi Khalifah
1.
Pertemuan di Saqîfah Bani Sa’idah
Setelah berita wafatnya
Rasulullah menyebar, para sahabat mulai bertanya-tanya mengenai siapakah yang
akan menggantikan kepemimpinan umat Islam nantinya. Mengingat bahwa ini
merupakan masalah yang penting bagi kaum Muslimin. Maka di hari itu pula,
berkumpullah kaum Anshar di Saqîfah atau tempat pertemuan Bani Sa’idah. Saat
kaum Muhajirin mengetahui hal ini, mereka pun segera menyusul untuk mengikuti
pertemuan ini.
Di dalam perjalanannya menuju
Saqîfah Bani Sa’idah ini Umar menceritakan bahwa mereka bertemu dengan dua
orang laki-laki shalih. Dua orang ini bertanya: “Hendak kemanakah kalian wahai
kaum Muhajirin?” kami menjawab: “Kami hendak menemui saudara-saudara kami di
Saqîfah bani Sa’idah.” Keduanya pun mengingatkan agar kaum Muhajirin
mengurungkan niatnya untuk pergi ke saqîfah ini. Namun kami tetap bersikukuh
untuk pergi kesana. Ketika sampai kami melihat seseorang yang sedang terbaring
berselimut berada dalam majlis itu. Aku (Umar) bertanya: “Siapa ini?” mereka
menjawab: “Dia adalah Sa’ad bin Ubadah.” Setelah kami duduk sejenak salah
seorang dari mereka berrpidato dengan menyatakan akan keutamaan kaum Anshar
yang telah menjadi penolong Rasulullah dan membawa Islam menuju kemajuan seraya
mengingatkan agar kaum Muhajirin tidak mengeluarkan kaum Anshar dalam masalah
khilafah. Saat itu aku telah menyiapkan kata-kata yang menurutku paling indah
untuk aku sampaikan. Namun saat itu Abu Bakar mencegahku dan dia menyampaikan
kata-kata yang jauh lebih indah dari yang hendak kusampaikan. Kemudian ia
menyampaiakan hadits nabi tentang siapa yang berhak dalam perkara ini. Maka
Kaum Anshar pun menerimanya.
Setelah Abu Bakar selesai
berpidato dalam saqîfah Bani Sa’idah dia pun mengajukan Umar dan Abu Ubaidah
sebgai Khalifah. Tapi Umar juga menolaknya dan membenci hal itu. Umr juga
mengatakan bahwa jikalau lehernya dipenggal, itu tidaklah cukup untuk
dibandingkan jika dia harus menjadi pemimpin dimana Abu Bakar ada di dalam kaum
tersebut. Maka ketika itu Umar pun membaiat Abu Bakar dan kaum Muhajirin pun
mengikutinya, kemudian kaum Anshar berikutnya.
2.
Baiat ‘Ammah terhadap Abu Bakar
Setelah Abu Bakar mendapat baiat
dalam pertemuan di saqîfah Bani Sa’idah, di hari berikutnya umat Islam pun
melaksanakan baiat Ammah terhadap Abu Bakar. Dalam riwayat dari Annas bin Malik
ia mengatakan bahwa saat itu Umar berdiri sedang Abu Bakar
duduk, dia berpidato seraya menyebutkan keutamaan Abu bakar yang
telah menjadi orang terdekat Rasulullah, yang menemani beliau dalam gua, yang
menggantikan beliau sebagai iman saat beliau sakit. Kemudian Umar pun meminta
agar kaum muslimin untuk membaiat Abu Bakar sebagai pemimpin umat Islam. Saat
itulah kaum muslimin membaiat Abu Bakar. Kemudian Abu Bakar pun ganti berpidato
di hadapan seluruh kaum muslimin saat itu. Dan bersatulah seluruh umat Islam
dalam kepemimpinan Abu Bakar RA.
D.
Permasalahan dan Langkah-Langkah
Abu Bakar Ash-Shiddiq
Ada beberapa kebijakan Khalifah
Abu Bakar yang menyangkut terhadap Agama antara lain :
a.
Memerangi Nabi palsu,orang-orang yang murtad (Riddah) dan tidak
mengeluarkan zakat
Pada awal pemerintahannya, ia
diuji dengan adanya ancaman yang datang dari ummat Islam sendiri yang menentang
kepemimpinannya. Di antara pertentangan tersebut ialah timbulnya orang-orang
yang murtad (kaum Riddah),orang-orang yang tidak mau mengeluarkan zakat,
orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al Kazzab dari bani
Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman dan
Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa pemberontakan dari
beberapa kabilah.
Untuk mengembalikan mereka pada
ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq membentuk sebelas pasukan dengan
pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin pasukan mendapat tugas untuk
mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang ditentukan. Abu
Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu,
tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau
wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk
dimakan.
Di antara wasiat yang disampaikan
Abu Bakar kepada mereka ialah; “Jika kalian melewati suatu kaum yang secara
khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang mereka
sembah.”Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang
panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri
telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke Dzil Qishshah, tetapi Ali
Rodhiyallahu ‘anhu berkeras untuk mencegah seraya berkata, “Wahai Khalifah
Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pada Perang Uhud, ‘Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah
kami dengan dirimu.’ Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena
kematianmu, niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalanmu.”
Abu Bakar kemudian kembali dan
menyerahkan panji tersebut kepada yang lain. Allah memberikan dukungan kepada
kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga berhasil menumpas kemurtadan,
memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan memaksa semua kabilah untuk
membayar zakat.
b.
Pengumpulan Al-Qur’an
Selama peperangan Riddah, banyak
dari penghafal Al-Qur’an yang tewas. Karena orang-orang ini merupakan penghafal
bagian-bagian Al-Qur’an, Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu,
yang berarti beberapa bagian lagi dari Al-Qur’an akan musnah. Karena itu,
menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu “kumpulan” Al-Qur’an kemudian ia
memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn Tsabit karena beliau paling
bagus Hafalannya. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Qur’an ini
termasuk salah satu jasa besar dari khalifah Abu Bakar.
c.
Ilmu Pengetahuan
Pola pendidikan pada masa Abu
Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi maupun lembaga
pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid
atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya. Menurut Ahmad
Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis ini disebut dengan Kuttab. Kuttab
merupakan lembaga pendidikan yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama
Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa
Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang
bertindak sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul terdekat.
Lembaga pendidikan Islam masjid,
masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan
lembaga pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an
dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah Rasulullah wafat, umat
Islam berada di ambang pintu perpecahan. Abu Bakar yang saat itu berada dalam
pihak yang benar, ketika melihat kondisi yang cukup tegang, beliau berhasil
menarik hati kaum Anshar dan mengawali pidatonya dengan melunakkan hati Anshar
dan menengakan keadaan. Barulah setelah itu ia menyampaikan kebenaran akan
hadits tentang siapa yang berhak dalam urusan kekhalifahan ini.
Kita semua
tentu meyakini bahwa kita berada dalam jalan yang benar. Namun dalam dakwah,
Abu Bakar telah memberikan contohnya, bahwa kebenaran haruslah disampaikan dengan
cara yang benar sehingga tidak malah menimbulkan perpecahan yang justru
merugikan. Begitulah kebenaran yang disampaikan dengan jalan yang tidak benar
akan sulit untuk membuahkan kebaikan.
Pemerintahan Abu Bakar punya jati
diri sendiri serta pembentukannya yang sempurna, mencakup kebesaran jiwa yang
sungguh luar biasa, bahkan sangat menakjubkan. Kita sudah melihat betapa
tingginya kesadaran Abu Bakar terhadap prinsip-prinsip yang berpedoman pada
Al-Qur'an sehingga ia dapat memastikan untuk menanamkan pada dirinya batas
antara kebenaran untuk kebenaran dengan kebohongan untuk kebenaran.
Prinsip-prinsip dalam Islam,
dilukiskan Abu Bakar dengan mendorong kaum Muslimin memerangi orang-orang yang
ingin menghancurkan Islam seperti halnya orang-orang murtad, orang-orang yang
enggan membayar zakat, dan orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi. Oleh
karena itu Abu Bakar melaksanakan perang Riddah untuk menyelamatkan Islam dari
kehancuran.
B.
Saran
Harus lebih banyak lagi
referensi, supaya pengetahuan tentang Abu Bakar Ash-Shiddiq ini lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
http://abuthalhah.wordpress.com/2009/05/18/abu-bakar-ash-shiddiq-khalifah-rasulullah-shallallahu-%E2%80%98alaihi-wasallam-yang-pertama/
http://adenisa1506.wordpress.com/tag/makalah-abu-bakar-ash-shiddiq/
http://alhanifkairo.blogspot.com/2013/03/abu-bakar-ash-shiddiq-khalifah-pertama.html?m=1
http://armayant.blogspot.com/2012/06/makalah-pemerintahan-abu-bakar-as.html?m=1
http://bamzofimagination.blogspot.com/2013/05/kepemimpinan-khalifah-abu-bakar-ash.html?m=1
http://blognyadefniveronica.wordpress.com/2012/02/05/sejarah-khalifah-abu-bakar-ash-shiddiq/
http://didikturmudi.wordpress.com/2011/10/08/biografi-abu-bakar-ash-shiddiq-ra/
http://id.wikipedia.org/wiki/Abu_Bakar_Ash-Shiddiq
http://imsakjakarta.wordpress.com/2010/11/09/kepemimpinan-dakwah-abu-bakar-as-shidiq/
http://kisahislam.net/2011/07/30/abu-bakar-ash-shiddiq-2/
http://kisahislam.net/2011/08/08/khalifah-abu-bakar-ash-shiddiq-bag-02/
http://muslim.or.id/biografi/biografi-abu-bakar-ash-shiddiq.html
http://rudisiswoyoalfatih.blogspot.com/2012/02/makalah-sejarah-peradaban-islam-tentang_05.html?m=1
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/07/10/ljt70o-khulafaur-rasyidin-abu-bakar-ashshiddiq-632634-m-sang-pembela-rasulullah
http://yudhim.blogspot.com/2009/02/seri-biografi-ulama-khalifah-abu-bakar.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar