BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Sejarah komputer di Indonesia dimulai pada
tahun 1967. Saat-saat yang masih dipenuhi dengan berbagai kemungkinan itu
merupakan momen yang menjadi tonggak mulai masuknya komputer, yang menjadi
bagian dalam kehidupan masyarakat di Tanah Air.
Jika diurutkan, sejarah penggunaan komputer di
Indonesia terbagi dalam empat era, antara lain : era 1960-an yang menjadi awal
atau mulai dibuka-nya pintu gerbang komputer masuk ke Indonesia, lalu yang
kedua adalah era 1980-an yang merupakan masa-masa perkenalan dan pemahaman akan
dunia. Lalu berikutnya adalah era 1990-an yang merupakan masa-masa
pengembangan, dan yang terakhir adalah era di awal-awal tahun 2000-an yang
telah jauh lebih modern dan ditandai dengan fakta bahwa komputer sudah menjadi
‘barang umum’ bagi masyarakat Indonesia. Penulis tertarik untuk
membuat sebuah makalah tentang perkembangan komputer di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan pendahuluan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :
- Bagaimana
kronologi sejarah perkembangan
komputer di Indonesia?
- Apa saja manfaat komputer
masuk dan berkembang di Indonesia?
C.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk memberikan
gambaran kepada pembaca terhadap perkembangan komputer di Indonesia.
2.
Sebagai bahan pembelajaran
bagi penulis dalam membuat sebuah karya tulis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan Komputer di Indonesia
·
Era 1960-an
Tahun 1967 merupakan tahun penting bagi
Indonesia, karena di tahun inilah komputer secara resmi mulai masuk dari luar
negeri dengan ijin yang dikeluarkan oleh pemerintah. Saat itu komputer masih
jadi ‘barang mahal’ sehingga hanya beberapa pihak tertentu saja yang bisa membelinya. Sejak saat itu permintaan pemasangan dan
penggunaan peralatan komputer semakin meningkat terutama pada instansi-instansi
Pemerintah sehingga Pemerintah merasa perlu untuk mengadakan pengaturan
pemanfa’atan peralatan komputer dengan membentuk suatu badan yang dikenal
dengan nama BAKOTAN (Badan Koordinasi Otomatisasi Administrasi Negara) pada
tanggal 4 Juli 1969 yang berfungsi sebagai konsultan bagi instansi-instansi
yang akan membeli atau menyewa peralatan komputer.
Sebagai konsekuensi dari penggunaan peralatan
komputer adalah perlu disediakannya tenaga kerja yang mampu menangani tidak
hanya peralatan komputernya tetapi juga seluruh faset yang terlibat di dalam
pengelolaan komputerisasi. Pengetahuan yang diberikan dalam rangka penyediaan
tenaga kerja itu adalah relatif terbatas. Ruang lingkup pendidikannya diarahkan
kepada merek/tipe mesin yang bersangkutan.
Masalah komputerisasi dalam bidang pendidikan
memasuki perguruan tinggi sebagai salah satu mata pelajarannya terutama pada
Fakultas Teknik (Jurusan Teknik Elektro), Fakultas Ekonomi (Jurusan Manajemen).
Kebanyakan materi yang diberikan adalah pengenalan komputer dan komputerisasi.
Pada tahun 1977 muncul pendidikan tinggi
spesialisasi computer management di Jakarta di tingkat akademi yang bertujuan
mendidik tenaga kerja manajerial dan mempunyai kemampuan teknis dalam bidang
komputer dan komputerisasi dengan predikat Sarjana Muda Lengkap.
Pada tanggal 21-24 Oktober 1980 di Jakarta
dilangsungkan Konferensi Komputer Regional Asia Tenggara SEARCC ’80 (South East
Asia Regional Computer Conference 1980) di mana para pesertanya dari ASEAN,
India, dan Hongkong. Di samping konferensi diadakan pameran mengenai peralatan
komputer yang dipasarkan di Indonesia.
Sampai saat ini, komputer tidaklah seperti dulu
kala yang dianggap sebagai barang mewah dan hanya dimiliki oleh pemerintah dan
kalangan masyarakat tertentu. Tetapi komputer sekarang merupakan barang yang
lazim dimiliki oleh setiap kalangan masyarakat.
Mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa,
praktisi pendidikan dan kalangan perusahaan. Bentuknya juga yang semakin
ringkas membuat komputer seperti menjadi suatu keharusan untuk dimiliki..
Kenyamanan penggunaan komputer sebagai alat
bantu untuk pengerjaan tugas sehari-hari juga sangat membantu.
·
Era 1980-an
Era 1980-an merupakan akhir dari zaman keemasan
komputer mini — komputer yang tidak secanggih “main-frame”, namun setiap sistem
terdiri dari bongkahan besar. Nama-nama besar pada zaman tersebut, seperti “DEC
– Digital Equipment Corp.”, “DG — Data General”, “HP — Hewlett Packard”,
“Honeywell — Bull”, “Prime”, dan beberapa nama lainnya. Setiap komputer mini
ini, dijalankan dengan sistem operasi tersendiri. Setiap sistem operasi ini
tidak cocok (kompatibel) dengan sistem operasi dari sistem lainnya. Sebuah
program yang dikembangkan pada sistem tertentu, belum tentu dengan mudah dapat
dijalankan pada sistem lainnya. Masalah ini mulai teratasi dengan sebuah sistem
operasi yang lagi naik daun, yaitu UNIXTM. Sistem UNIX ini dapat dijalankan
pada berbagai jenis komputer. Selain beroperasi pada komputer mini, UNIX pun
dapat dioperasikan pada sebuah generasi komputer “super mikro”, yang berbasis
prosesor 32 bit seperti Motorola MC68000. Ya: pada waktu itu, Motorola belum
terkenal sebagai produser Hand Phone! Sistem berbasis UNIX pertama di
Universitas Indonesia (1983) ialah komputer “Dual 83/20″ dengan sistem operasi
UNIX versi 7, memori 1 Mbyte, serta disk (8″) dengan kapasitas 20 Mbytes.
Sistem tersebut tentunya sangat “terbatas” dibandingkan komputer zaman
sekarang. Namun, penelitian dengan memanfaatkan komputer tersebut, menghasilkan
puluhan sarjana S1 UI.
Tema penelitian S1 pada saat tersebut berkisar
dalam bidang jaringan komputer, seperti pengembangan email (PESAN), alih berkas
(MIKAS), porting UUCP, X.25, LAN ethernet, network printer server, dan lainnya.
Komputer “Dual 83/20″ ini, kemudian lebih dikenal dengan nama “INDOGTW”
(Indonesian Gateway), karena pada akhir tahun 1980-an digunakan “dedicated
email” server ke luar negeri. Sistem INDOGTW ini beroperasi non-stop 24 jam sehari,
7 hari seminggu. Fungsi riset sistem tersebut di atas, digantikan oleh komputer
baru “INDOVAX”, yaitu DEC VAX-11/750 dengan sistem unix 4.X BSD dengan memori 2
Mbytes, serta disk 300 Mbytes. Pada waktu itu, sanga lazim menamakan
satu-satunya VAX pada setiap institusi, dengan akhiran “VAX”. Contohnya: UCBVAX
(Universitas Berkley), UNRVAX (Universitas Nevada Reno), DECVAX (DEC), ROSEVAX
(Rosemount Inc), MCVAX (Amsterdam). Sistem ini pun kembali menghasilkan puluhan
sarjana S1 UI untuk berbagai penelitian seperti rancangan VLSI, X.400, dan
sejenisnya. Untuk mewadahi para pengguna dan penggemar UNIX yang mulai
berkembang ini, dibentuk sebuah Kelompok Pengguna Unix (Unix Users Group) yaitu
INDONIX. Kelompok yang dimotori oleh bapak “Didik” Partono Rudiarto (kini
pimpinan INIXINDO) ini melakukan pertemuan secara teratur setiap bulan. Setiap
pertemuan ini akan diisi dengan ceramah kiat dan trik UNIX, serta sebuah
diskusi/ tanya-jawab. Komputer mini — yang UNIX mau pun yang bukan — dominan
hingga pertengahan tahun 1980-an. Komputer Personal (PC) masih sangat terbatas,
baik kemampuannya, mau pun populasinya. Bahkan hingga akhir 1980-an, PC masih
dapat dikatakan merupakan benda “langka” dan “mewah”. Semenjak pertengahan
1980-an, muncul sistem komputer “super-mikro” berbasis prosesor Motorola
MC68000 dan sistem operasi Unix. Sejalan dengan ini, juga muncul PC/AT berbasis
prosesor Intel 80286 dan 80386 dengan sistem operasi XENIX/SCO UNIX. Kehadiran
prosesor Intel 80286 (lalu 80386) telah mendorong pengembangan sistem operasi
dengan nama “XENIX”. Harga sistem yang relatif murah, berakibat kenaikan
populasi sistem Unix yang cukup signifikan di Indonesia. Aplikasi yang populer
untuk sistem ini ialah sistem basis data Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Pada awalnya, setiap sistem operasi Unix
dilengkapi dengan kode sumber (source code). Namun, hal tersebut tidak berlaku
untuk negara non-US (terutama non Eropa) akibat regulasi ekspor US. Sebagai
alternatif Prof. Andrew S. Tanenbaum dari VU (Belanda) mengedarkan sebuah
sistem Operasi sederhana dengan nama “MINIX” (Mini Unix). Titik berat arah
pengembangan MINIX ialah sesederhana mungkin agar dapat dipelajari dengan mudah
dalam satu semester. Program Studi Ilmu Komputer Universitas Indonesia,
tercatat pernah membeli source code MINIX dua kali, yaitu versi 1.2 (1987) dan
versi 1.5 (1999). Sebagai penunjang mata kuliah Sistem Operasi, telah hadir
MINIX (Mini Unix) yang bahkan dapat dijalankan pada PC biasa tanpa HardDisk!
Namun, MINIX memiliki dua keterbatasan bawaan. Pertama, dititik-beratkan agar
mudah dipelajari untuk keperluan pendidikan. Akibatnya, dengan sengaja tidak
dibuat canggih dan rumit. Kedua, (pada awalnya) MINIX harus dibeli dengan harga
lebih dari USD 100 per paket. Harga ini tidak dapat dikatakan murah bahkan
untuk ukuran kantong mahasiswa di luar negeri. Namun, MINIX telah digunakan di
Program Studi Ilmu Komputer Universitas Indonesia FUSILKOM UI, FakUltas ILmu
KOMputer UI) sebagai bagian dari kuliah sistem operasi menjelang akhir tahun
1990an. Besar kemungkinan, siapa pun pengguna MINIX saat itu (termasuk
penulis), pernah memiliki angan-angan untuk merancang sebuah kernel “idaman”
pengganti MINIX yang dapat — “dioprek”, “dipercanggih”, dan “didistribusikan” —
secara bebas. Tidak heran, Linus B. Torvalds mendapat sambutan hangat ketika
tahun 1991 mengumumkan kehadiran sebuah kernel “idaman” melalui buletin USENET
News “comp.os.minix”. Kernel ini kemudian lebih dikenal dengan nama Linux.
Namun, Linux tidak langsung mendapatkan perhatian di UI.
·
Era 1990-an
Belum jelas, siapa yang pertama kali membawa
Linux ke Indonesia. Namun, yang pertama kali mengumumkan secara publik (melalui
milis pau-mikro) ialah Paulus Suryono Adisoemarta dari Texas, USA, yang secara
akrab dipanggil Bung Yono. Ketika 1992, bung Yono berkunjung ke Indonesia
membawa distro SoftLanding System (SLS) dalam beberapa keping disket. Kernel
Linux pada distro tersebut masih revisi 0.9X (alpha testing), dengan kemampuan
dukungan jaringan yang sangat terbatas. Pada awal tahun 1990-an, kisaran harga
sebuah ethernet board ialah USD 500; padahal dengan kinerja yang jauh dibawah
board yang sekarang biasa berharga USD 5.-. Dengan harga semahal itu, dapat
dimaklumi, jika masih jarang ada pengembang LINUX yang berkesempatan untuk
mengembangkan driver ethernet. Perioda 1992-1994 merupakan masa yang vakum.
Secara sporadis, terdengar ada yang mendiskusikan “Linux”, namun terbatas pada
uji coba. Kernel Linux 1.0 keluar pada tahun 1994. Salah satu distro yang masuk
ke Indonesia pada tahun tersebut ialah Slackware (kernel 1.0.8). Distro
tersebut cukup lengkap dan stabil sehingga merangsang tumbuhnya sebuah
komunitas GNU/ Linux di lingkungan Universitas Indonesia.
Pada umumnya, PC menggunakan prosesor 386 dan
486, dengan memori antara 4-8 Mbytes, dan hardisk 40 – 100 Mbyte. Biasanya
hardisk tersebut dibuat “dual boot”, yaitu dapat dalam mode DOS atau pun Linux.
Slackware menjadi populer dikalangan para mahasiswa UI, karena pada waktu itu
merupakan satu-satunya distribusi yang ada🙂. Banyak
hal-hal baru yang “dioprek”/ “setup”. Umpama: yang pertama kali men-setup X11R4
Linux di UI ialah Ivan S. Chandra (1994). Tahun 1994 merupakan tahun penuh
berkah. Tiga penyelenggara Internet sekali gus mulai beroperasi: IPTEKnet,
INDOnet, dan RADnet. Pada tahun berikutnya (1995), telah tercatat beberapa
institusi/ organisasi mulai mengoperasikan GNU/Linux sebagai “production
system”, seperti BPPT (mimo.bppt.go.id), IndoInternet (kakitiga.indo.net.id),
Sustainable Development Network (www.sdn.or.id dan sangam.sdn.or.id), dan
Universitas Indonesia (haur.cs.ui.ac.id). Umpamanya, Sustainable Development
Network Indonesia (sekarang diubah menjadi Sustainable Debian Network)
menggunakan distribusi Slackware (kernel 1.0.9) pada mesin 486 33Mhz, 16 Mbyte
RAM, 1 Gbyte disk. Namun sekarang, situs tersebut numpang webhost di
IndoInternet. Kehadiran internet di Indonesia merangsang tumbuhnya sebuah
industri baru, yang dimotori oleh para enterpreneur muda.
Mengingat GNU/ Linux merupakan salah satu
pendukung dari Industri baru tersebut, tidak dapat disangkal bahwa ini
merupakan faktor yang cukup menentukan perkembangan GNU/Linux di Indonesia.
Selama perioda 1995-1997, GNU/Linux secara perlahan mulai menyebar ke seluruh
pelosok Indonesia. Bahkan krismon 1997 pun tidak dapat menghentikan penyebaran
ini. Pada tahun 1996, pernah ada sebuah milis linux yang dapat dikatakan kurang
begitu sukses. Anggota dari milis tersebut ialah: Sl1zr@cc.usu- and1@indo.net-
arwiya@indo.net- bjs@apoll.geologie- budi@cool.mb- chairilk@indo.net-
harry@futaba.nagaokaut- herkusut@soziologie-
ibrahim@indovax-idarmadi@indo.net-jimmyt@turtle-jonathan@bandung. wasantara- louis@Glue- mermaid+@CMU-
mwiryana@netbox- rheza@indo.net- rosadi@indo.net- sentiono@cycor-
trabas@indo.net- wibowo@hpsglsn- wiwit@bandung.wasantara-
edybs@jakarta.wasantara- ssurya@elang- dhie@bandung.wasantara-
tanu@m-net.arbornet- avinanta@gdarma- pink@cbn.net- louis@webindonesia. Sebelum 1997, issuenya mungkin “Apa itu
Linux?” Alhamdulillah, dewasa ini, yang terjadi malah sebaliknya: “Anda belum
kenal Linux?.
Demikian sekilas perkembangan sistem UNIX
sebelum 1997. Mudah-mudahan, ini akan memicu para pelaku IT lainnya untuk
melengkapi hikayat ini, terutama pasca 1997.
·
Era 2000-an
Sejarah komputer Indonesia
terus berlanjut ke era awal tahun 2000-an. Di masa ini, komputer yang masuk ke
Indonesia sudah lebih cepat, lebih efisien dan tentunya lebih canggih dari segi
penggunaan komponen maupun sistem operasinya.
Komputer yang cukup
populer di Indonesia pada saat era 2000-an ini adalah generasi Pentium III,
yang telah menerapkan stand CPU atau lebih dikenal dengan sebutan ‘CPU
berdiri’. Menggunakan memory RAM jenis SDRAM dengan spesifikasi 64 MB hingga
256 MB, komputer jenis ini memiliki kecepatan antara 800 Mhz-1300 Mhz.
Saat itu harga komputer
Pentium III masih sangat mahal yakni berkisar di angka Rp.8-Rp.10 jutaan. Pun
demikian hal itu tidak menyurutkan keinginan masyarakat untuk tetap membeli
komputer Pentium III yang mulai umum digunakan sebagai kebutuhan tambahan di
rumah-rumah.
Penggunaan sistem operasi
berupa Windows juga sudah sangat umum di era awal tahun 2000-an ini. Dimana
salah satu sistem operasi yang cukup melegenda adalah Windows 98 yang sangat
akrab di telinga para pengguna komputer Tanah Air.
Pada tahun 2002, generasi
Pentium III mendapat upgrade yang memunculkan hadirnya Pentium 4. Komputer
jenis ini jauh lebih cepat dibandingkan Pentium III, dengan kecepatan mencapai
1,5 Ghz-2,4 Ghz (untuk yang menggunakan socket 478), sementara yang menggunakan
socket LGA bisa beroperasi dengan kecepatan mencapai 1,8 Ghz-3,2 Ghz.
Komputer Pentium 4 menjadi
cukup populer lantaran memiliki processor canggih serta cukup handal untuk
digunakan bermain games mengingat desain grafis yang dimilikinya juga cukup
tinggi.
Setelah cukup lama dibuai
dengan komputer hasil olahan Intel, berikutnya Indonesia juga kedatangan AMD
lewat beberapa produknya seperti AMD Sempron, AMD Athlon, AMD Turion dan
lain-lain. Persaingan yang terjadi antara Intel dan AMD terbilang sangat ketat,
meskipun sejatinya produk dari kedua perusahaan tersebut memiliki target
spesifik pasar yang agak sedikit bebeda.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komputer terus
berkembang dari masa ke masa bahkan perkembangannya tergolong cepat. Pada
akhirnya keempat era yang dijelaskan di atas telah menjadi kenangan semata
sebagai sejarah perkembangan komputer yang terjadi di Indonesia. Saat ini kita
sudah berada di era yang lebih maju dan banyak diisi oleh kemungkinan baru yang
akan terjadi nantinya. Bahkan era yang kita jalani saat ini nantinya akan
menjadi sejarah untuk generasi berikutnya. Semoga di era yang semakin
berkembang ini menjadi bagian sejarah komputer di Indonesia yang layak untuk
dibanggakan.
B.
Saran
Alangkah lebih baiknya dengan terus perkembangan teknologi komputer tentunya
dibarengi dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang kompetitif
sekaligus berkarakter religius, sehingga mampu untuk menggunakan teknologi
dengan mindset yang kritis terhadap kemajuan iptek, dan mempunyai daya dukung
untuk membantu pekerjaan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://rizkyananda-gundar.blogspot.co.id/2016/10/sejarah-dan-perkembangan-komputer-di_2.html
http://senaajidwip.blogspot.co.id/2016/01/sejarah-perkembangan-komputer-di.html
https://duniasmktkj.wordpress.com/sejarah-komputer/sejarah-komputer-masuk-ke-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar