BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai
pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah
ada rute-rute .pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah barat nusantara dan sekitar
selat Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian,
terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan
menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India.
Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa
dan Sumatera antara abad ke-1 dan 7 masehi sering disinggahi pedagang asing
seperti Aceh, Barus, Palembang di Sumatera serta Sunda Kelapa, Gresik di pulau
Jawa.
Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur
Tengah. Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada
juga yang berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah
ada di Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut.
Meskipun belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Islam masuk
di Indonesia ?
2.
Bagaimana cara
penyebaran Islam di Indonesia ?
3.
Kerajaan-kerajaan Islam
di Indonesia !
4.
Tokoh-tokoh berprestasi
dalam penyebaran Islam di Indonesia !
C. Tujuan
Ada pun tujuan dari pembahasan makalah ini yaitu : Untuk mengingat kembali
tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia, untuk mengetahui bagaimana
perkembangan islam pada awal masuknya di Indonesia, cara-cara sehingga Islam
bisa masuk di Indonesia, dsb.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Masuknya Islam di Indonesia
Masuknya Islam di Indonesia agak unik bila dibandingkan dengan masuknya
Islam ke daerah-daerah lain. Keunikannya terlihat kepada proses masuknya Islam
ke Indonesia yang relatif berbeda dengan daerah lain. Islam masuk ke Indonesia
secara damai dibawa oleh para pedagang dan mubaligh. Sedangkan Islam masuk di
daerah lain pada umumnya lewat penaklukan, seperti masuknya Islam ke Irak, Iran,
Mesir, Afrika Utara sampai Andalusia.
Islam dalam batas tertentu disebarkan oleh pedagang, kemudian dilanjutkan
oleh para guru agama (da’i) dan pengembara sufi. Orang yang terlibat dalam
kegiatan dakwah pertama itu tidak bertendensi apapun selain bertanggungjawab
menunaikan kewajiban tanpa pamrih, sehingga nama mereka berlalu saja. Tidak ada
catatan sejarah atau prasasti pribadi yang sengaja dibuat mereka untuk
mengabadiakan peran mereka, ditambah lagi wilayah Indonesia yang sangat luas
dengan perbedaan kondisi dan situasi. Oleh karena itu, wajar kalau terjadi
perbedaan pendapat tentang kapan, darimana, dan dimana pertama kali Islam
datang ke Indonesia. Namun secara garis besar, perbedaan pendapat itu dapat dibagi
menjadi sebagai berikut:
1. Menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan
Sejarah, terdapat 3 teori dalam buku tersebut, yaitu:
a. Teori Gujarat, teori ini berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia
pada abad ke 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat, India. Dasar teori ini
adalah hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama terjalin, serta adanya
batu nisan Sultan Samudera Pasai yaitu Malik as Saleh tahun 1297 yang bercorak
khas Gujarat. Teori ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Vanesia
yang pernah singgah di Perlak tahun 1292 M. Ia menceritakan bahwa penduduk
Perlak sudah banyak yang memeluk agama Islam.
b. Teori Makkah, teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke-7 dan pembawanya berasal dari Arab dan Mesir. Dasar teori ini adalah
pada tahun 674 M di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam
(Arab), dengan pertimbangan bahwa pedagangan Arab sudah mendirikan perkampungan
di Katon pada abad ke-4 M.
c. Teori Persia, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia
dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti, adanya peringatan 10 Muharam
atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung
oleh umat Islam di Iran. Ada juga yang bersumber dari ditemukannya makam
Maulana Malik Ibrahim di Gresik tahun 1419, serta terdapat perkampungan Leran
di Giri daerah Gresik.
2. Berita Jepang, mengatakan bahwa kedatangan Islam pertama kali ke Indonesia
pada abad pertama hijriyah atau sekitar 7 M. Berita ini menceritakan bahwa perjalanan
pendeta Khansin ke Indonesia. Dalam berita tersebut dikemukakan bahwa pada masa
itu Katon terdapat kapal-kapal Po-see dan K-uo. Oleh para ahli, istilah Po-see
ditafsirkan sebagai bangsa Melayu, Ta-shih ditafsirkan sebagai orang-orang Arab
dan Persia.
3. Berita Ibnu Battutah, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Ia
mengatakan bahwa pada abad ke -13 M, ditemukan batu nisan di Sumatera Utara dan
berangka tahun 676 hijriyah (1297 M), Sultan Malik as Saleh dikenal sebagai
seorang pengajar tasawuf yang kemudian menjadi raja di Kerajaan Samudera Pasai.
4. Menurut Taufik Abdullah, pendapatnya memang benar Islam sudah datang ke
Indonesia sejak abad pertama hijriyah atau abad ke-7 M, tetapi baru dianut oleh
para pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk
besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya
kerajaan Samudra Pasai. Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran Baghdad
ibukota Abbasiyah oleh Hulagu. Kehancuran Baghdad menyebabkan pedagang Muslim
mengalihkan aktivitas perdagangan kearah Asia Selatan, Asia Timur, dan Tsia
Tenggara.
5. Seminar tentang masuknya Islam di Indonesia pada tahun 1963 di Medan dan di
Kuala Simpang Aceh tahun 1980. Kedua seminar tersebut sepakat menyatakan bahwa
Islam telah masuk di Indonesia pada abad pertama hijriyah langsung dari Arab.
Daerah yang mula-mula dimasuki oleh Islam adalah pesisir Sumatera, serta
menegaskan kerajaan yang pertama adalah Perlak, Lamuri, dan Pasai. Penyiaran
Islam dilakuakan secara damai oleh pedagang. Kedatangan Islam ke Indonesia
adalah membawa kecerdasan dan peradapan yang tinggi.
B. Cara penyebaran
Islam di Indonesia
Masuknya Islam di
Indonesia pada umumnya berjalan secara damai. Akan tetapi, adakalanya
penyebaran harus diwarnai dengan cara-cara penaklukan. Hal itu terjadi jika
situasi politik di kerajaan-karajaan itu mengalami kekacauan akibat perebutan
kekuasaan. Secara umum Islam masuk di Indonesia dengan cara-cara sebagai
berikut:
1.
Perdagangan, masuknya
Islam di Indonesia melalui perdagangan terjadi pada tahap awal, yaitu sejalan
dengan ramainya lalu lintas pada abad ke-7 M hingga abad 16 M. Pada masa itu,
pedagang muslim yang berdagang ke Indonesia makin banyak sehingga akhirnya
membentuk pemukiman yang disebut Pekojan. Dari tempat ini, mereka berinteraksi
dan berasimilasi dengan masyarakat asli seraya menyebarkan agama Islam.
2.
Perkawinan, dengan
menunggu angin muson (6 bulan), pedagang mengadakan perkawinan dengan penduduk
asli. Dari perkawinan itulah terjadi interaksi sosial yang menghantarkan Islam
berkembang.
3. Gerakan Dakwah, melalui 2 jalur yaitu:
·
Ulama keliling
menyebarkan agama Islam, dengan pendekatan akulturasi dan sinkretisasi
(lambang-lambang budaya).
·
Pendidikan Pesantren,
melalui lembaga atau pendidikan pondok pesantren. Kyai sebagai pemimpin dan
santri sebagai murid
4. Pendidikan, Penyebaran Islam melalui pendidikan, dilakukan melalui
pesantren-pesantren, khususnya oleh para kyai. Semakin terkenal kyai, maka
semakin banyak pula santri yang diajar. Beberapa pesantren yang terkenal
diantaranya adalah pesantern Ampel Denta milik sunan Ampel dan pesantren Giri ,
milik sunan Giri. Para santri mendapatkan pendidikan agama. Setelah keluar dari
pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ketempat
tertentu untuk mengajarkan agama Islam. Misalnya santri dari Ampel Denta dan
Giri diundang ke Maluku untuk mengajarkan agama Islam.
5. Tasawuf, pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur
dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir
dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka
juga ada yang mengawini putri-putri bangsawan setempat. Dengan tasawuf bentuk
Islam yang diajarakan kepada penduduk pribumi mempunyai kesamaan pikiran dengan
mereka, yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah
diterima dan dimengerti. Diantara ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam adalah Hamzah Fansuri di
Aceh, Syeh Lemah Abang dan Sunan Panggung di Jawa.
6. Akulturasi Budaya dan Kesenian, sebelum Islam masuk dan berkembang,
Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan
Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi
(proses percampuran dua budaya atau lebih , percampuran bangsa-bangsa dan
saling mempengaruhi) yang melahirkan budaya baru yaitu kebudayaan Islam
Indonesia. Budaya-budaya baru tersebut seperti seni bangunan, seni pahat, seni
musik dan seni sastra. Hasil-hasil seni ini dapat pula dilihat pada bangunan
masjid-masjid kuno di Demak, Cirebon, Banten dan Aceh. Selain itu Walisongo,
terutama Sunan Kali Jaga mempergunakan banyak cabang seni untuk Islamisasi
antara lain gamelan, wayang, nyanyian, dan seni busana.
C. Kerajaan Islam di
Indonesia
1. Kerajaan Samudera Pasai
1. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia, yang
didirikan oleh Malik As-Saleh. Namun, juga ada yang menyatakan kerajaan Islam
pertama di Indonesia adalah Perlak, tetapi tidak ditemukan bukti-bukti kuat
yang mendukung fakta sejarah ini. Kerajaan ini terletak di Lhok Seumawe Aceh
Utara di daerah Selat Malaka yang merupakan jalur perdagangan dan pelayaran
internasional. Pada masa pemerintahan Malik As-Saleh, Kerajaan Samudra Pasai
berkembang menjadi bandar pelabuhan besar yang banyak didatangi oleh pedagang
dari berbagai daerah, seperti India, Gujarat, Arab, dan Cina. Dalam
perkembangannya setelah Malik As-Saleh wafat pada 1927, kegiatan pemerintahan
dilanjutkan oleh putranya, yaitu Sultan Muhamad Malik Al-Taher (1927 – 1326),
Sultan Ahmad, dan Sultan Zainul Abidin.
2. Kerajaan Perlak
Merupakan kerajaan tertua di Indonesia. Bahkan ada yang menyatakan lebih
dulu dari kerajaan Samudera Pasai. Namun sebagaiman, dikemukakan terdahulu,
tidak banyak bahan pustaka yang menguatakan pendapat tersebut. Sultan Mahdum
Alauddin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M tercatat
sebagai Sultan ke-enam. Ia terkenal sebagai sultan yang arif bijaksana dan
alim, sekaligus seorang ulama. Sultan inilah yang mendirikan semacam perguruan
tinggi Islam pada saat itu.
3. Kerajaan Malaka
Pendiri Kerajaan Malaka adalah Iskandar Syah. Kerajaan ini letaknya
berhadapan dengan Selat Malaka sehingga sangat strategis karena letaknya
tersebut, kerajaan ini sering kali menjadi tempat persinggahan para pedagang
Islam yang berasal dari berbagai negara. Selain Iskandar Syah, terdapat
beberapa raja yang sempat memimpin Kerajaan Malaka, di antaranya sebagai
berikut:
a. Muhammad Iskandar Syah (1414-1424).
b. Sultan Mudzafat Syah dan Sultan Mansur Syah (1458-1477).
c. Sultan Alaudin Syah yang (1477-1488).
d. Sultan Mahmud Syah (1488-151).
Kerajaan Malaka banyak dikunjungi oleh para pedagang dari Gujarat, Cina,
Arab, Persia, dan negara lainnya sehingga kerajaan ini memanfaatkannya untuk
meningkatkan kegiatan ekonominya. Karena kemajuannya dalam perdagangan,
Kerajaan Malaka mampu mengalahkan kemajuan Kerajaan Samudra Pasai.
4. Kerajaan Aceh
4. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh muncul setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis. Masa kejayaan
Kerajaan Aceh tercapai dalam pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Seni sastranya
dalam kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh budaya agama Islam. Rakyat
Aceh terutama kaum ulamanya gemar menulis buku kesusastraan. Misalnya, Nuruddin
ar-Raniri menulis buku Bustanus Salatin dan Hamzah Fansuri menulis Syair
Perahu, Syair Burung Pingai, dan Asrar al Arifin. Selain itu, hasil-hasil
kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh lingkungan alamnya, yaitu sungai
dan lautan.Rakyat Aceh pandai membuat perahu dan kapal-kapal layar. Dengan
demikian, tampaklah bahwa masyarakat kerajaan Aceh dipengaruhi oleh budaya
Islam
5. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh
Raden Patah (1478). Raden Patah adalah putra Raja Majapahit Brawijaya, dengan
ibu keturunan Champa (perbatasan dengan Kamboja dan Vietnam). Kebudayaan
masyarakat Demak bercorak Islam yang terlihat dari banyaknya masjid,
makam-makam, kitab suci Al-Qur’an, ukir-ukiran berlanggam (bercorak) Islam, dan
sebagainya. Sampai-sampai sekarang Demak dikenal sebagai pusat pendidikan dan
penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Bahkan, dalam sejarah Indonesia, Demak
dikenal sebagai pusat daerah budaya Islam di Pulau Jawa.
6. Kerajaan Mataram
6. Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram Islam berdiri berkat perjuangan dari Ki Ageng Pemanahan
yang meninggal pada 1575. Setelah meninggal, digantikan oleh anaknya
Sutawijaya. Pada masanya, Kerajaan Mataram terus berkembang dan menjadi kerajaan
terbesar di Jawa. Wilayahnya berkembang seputar Jawa Tengah, Jawa Timur,
Cirebon, dan sebagian Priangan.
Setelah meninggal pada tahun 1601, Sutawijaya digantikan oleh Mas Jolang
atau Panembahan Seda Ing Krapyak (1601-1613). Selanjutnya, diteruskan oleh anak
Mas Jolang yaitu Raden Mas Martapura karena sering sakit-sakitan, Raden Mas
Martapura digantikan oleh anak Mas Jolang yang lain, yaitu Raden Mas Rangsang
yang dikenal dengan nama Sultan Agung (1613-1645). Pada masa Sultan Agung
inilah Mataram mengalami puncak kejayaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Mataram terpecah belah sehingga
berubah menjadi kerajaan kecil. Perpecahan disebabkan adanya gejolak politik di
daerah-daerah kekuasaan Mataram dan peran serta VOC dan penguasa Belanda yang
menginginkan menguasai tanah Jawa.
Dalam Perjanjian Giyanti (1755) disebutkan bahwa wilayah Mataram dibagi
menjadi dua wilayah kerajaan sebagai berikut.
a. Daerah Kesultanan Yogyakarta yang disebut Ngayogyakarta Hadiningrat
dengan Mangkubumi sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.
dengan Mangkubumi sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.
b. Daerah Kasuhunan Surakarta yang diperintah oleh Pakubuwono.
Akibat Perjanjian Salatiga peranan Belanda dalam pemerintahan Mataram semakin jauh sehingga pada 1913 Mataram akhirnya terpecah menjadi empat keluarga raja yang masing-masing memiliki kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.
Akibat Perjanjian Salatiga peranan Belanda dalam pemerintahan Mataram semakin jauh sehingga pada 1913 Mataram akhirnya terpecah menjadi empat keluarga raja yang masing-masing memiliki kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran.
7. Kerajaan Cirebon
Kerajaan ini lahir pada abad ke-16. Pada abad tersebut, daerah Cirebon
berkembang menjadi pelabuhan ramai dan menjadi pusat perdagangan di pantai
utara Jawa Barat. Majunya kegiatan perdagangan juga mendorong proses Islamisasi
semakin berkembang sehingga Sunan Gunung Jati membentuk kerajaan Islam Cirebon.
Dengan terbentuknya kerajaan Islam Cirebon, maka Cirebon menjadi pusat perdagangan
dan pusat penyebaran Islam di Jawa Barat.
8. Kerajaan Banten
Pendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati dan raja pertamanya adalah
Hasanuddin yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Semula wilayah ini
termasuk bagian dari Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten memiliki hubungan
dengan kerajaan Demak. Hasanuddin menikah dengan putri Sultan Trenggono dan
melahirkan dua orang anak, yaitu Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara.
Dalam perkembangan selanjutnya, Maulana Yusuf (1570) menggantikan ayahnya untuk menjadi raja Kerajaan Banten yang kedua sampai dengan tahun 1580. Setelah itu, dilanjutkan oleh anak Maulana Yusuf (1580-1605), kemudian Abdul Mufakhir, Abu Mali Ahmad Rahmatullah (1640-1651) dan Abu Fatah Abdulfatah yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1582). Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan.
Dalam perkembangan selanjutnya, Maulana Yusuf (1570) menggantikan ayahnya untuk menjadi raja Kerajaan Banten yang kedua sampai dengan tahun 1580. Setelah itu, dilanjutkan oleh anak Maulana Yusuf (1580-1605), kemudian Abdul Mufakhir, Abu Mali Ahmad Rahmatullah (1640-1651) dan Abu Fatah Abdulfatah yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1582). Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan.
9. Kerajaan Gowa-Tallo
Merupakan kerajaan Islam pertama di Sulawesi tahun 1605 M. Rajanya bernama
Malinkaang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama dengan Sultan Abdullah
Awwalul Islam. Menyusul di belakangnya, Raja Gowa bernama sultan Alauddin.
Dalam waktu dua tahun, seluruh rakyatnya memeluk agama Islam. Mubaligh Islam
yang berjasa ialah Abdul Qodir Khatib Tunggal yang bergelar Dato Ri Bandang
berasal dari Minangkabau, murid sunan Giri.
10. Kerajaan Ternate
dan Tidore
Pengaruh agama dan budaya Islam di Maluku (Ternate dan Tidore) belum meluas
ke seluruh daerah. Sebabnya, masih banyak 89 rakyat Maluku yang mempertahankan
kepercayaan nenek moyangnya. Hal tersebut terbukti dari bekas
peninggalan-peninggalannya, yakni masjid, buku-buku tentang Islam, makam-makam
yang berpolakan Islam yang ada di Maluku tidak begitu banyak jumlah- nya.
Dengan kata lain hasil-hasil kebudayaan rakyat Maluku merupakan campuran antara
budaya Islam dan pra-Islam.
D. Tokoh Islam yang
Berprestasi
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari
peran aktif yang dilakukan oleh para ulama. Melalui merekalah Islam dapat
diterima dengan baik dikalangan masyarakat Nusantara. Para ulama yang pertama
kali menyebarkan Islam di Nusantara antara lain sebagai berikut:
1. Hamzah Fansuri
1. Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri hidup pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sekitar
tahun 1590. Pengembaraan intelektualnya tidak hanya di Fansur, Aceh. Tetapi
juga ke India, Persia, Makkah dan Madinah. Karena itu ia menguasai berbagai
bahasa selain bahasa Melayu. Dalam pengembaraannya itu, ia sempat mempelajari
ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, sejarah dan sastra Arab. Usai menjalani pengembaraan
intelektualnya, Hamzah Fansuri kembali ke kampung halamannya di Fansur,
Aceh,untuk mengajarkan keilmuan Islam yang diperolehnya dari guru-guru yang
didatanginya di negeri-negeri yang telah disinggahi. Ia mengajarkan keilmuan
Islam tersebut di Dayah (pesantren) di Obob Simpangkanan, Singkel.
2. Syamsudin Al-Sumatrani
2. Syamsudin Al-Sumatrani
Syamsudin Al-Sumatrani merupakan salah seorang ulama terkemuka di Aceh dan
Nusantara yang hidup pada abad ke-16. Syamsudin Al-Sumatrani memiliki peran dan
posisi penting di istana kerajaan Aceh Darussalam, karena is berprofesi sebagai
Qadli (Hakim Agung), juga kedekatannya dengan Sultan Iskandar Muda sebagai
seorang Syeikh Al Islam. Syeikh Al Islam merupakan gelar tertinggi untuk ulama,
kadi, imam atau syeikh, penasihat raja, imam kepala, anggota tim perundingan
dan juru bicara Kerajaan Aceh Darussalam. Karya-karya Syamsudin Al-Sumatrani
adalah Jaubar Al-Haqaid, Risalah Al-Baiyyin al-Mulahaza Al-Muwahhidin Wa
Al-Mubiddinfi Dzikr Allah, Mir’ah Al-Mukminin, Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri, Syarah
Syair Ikan Tongkol.
3. Nuruddin Ar-Raniri
Nuruddin Ar-Raniri dilahirkan di Ranir (sekarang Render), sebuah pelabuhan
tua di Gujarat. Ayahnya berasal dari keluarga imigran Arab Hadramy, Arab
Selatan, yang menetap di Gujarat India. Meskipun ia keturunan Arab, Ar-Raniri
dianggap lebih dikenal sebagai seorang ulama Melayu dari pada India atau Arab.
Ar-raniri diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani. Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai pembaruan pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih kurang tujuh tahun, ia menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid dalam bidang akidah Islam.
Ar-raniri diangkat sebagai Syeikh Al Islam, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Tsani. Dengan memperoleh dukungan dari sultan, Ar-Raniri mulai melancarkan berbagai pembaruan pemikiran Islam di tanah Melayu, khususnya di Aceh. Selama lebih kurang tujuh tahun, ia menentang doktrin wujudiah yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri dan Syamsudin Al-Sumatrani. Diantara karya Ar-Raniri adalah Shiratal Mustaqiem dalam bidang tasawuf, dan Durratul Aqaid bisyarbil-Aqaid dalam bidang akidah Islam.
4. Syeikh Muhammad
Yusuf Al-Makassari
Muhammad Yusuf bin Abdullah Abul Mahasin Al-Tajul-Khalwati Al-Makassari,
dilahirkan di Moncong Loe, Gowa, Sulawesi Selatan pada tanggal 3 Juli 1626
M/1037 H. Ia berasal dari keluarga yang taat beragama. Ia belajar bahasa Arab,
fikih, tauhid, dan tasawuf kepada Sayid Ba Alwi bin Abdullah Al-‘Allaham
Al-Thahir, seorang Arab yang menetap di Bontoala. Setelah berusia 15 tahun, ia
melanjutkan pelajarannya di Cikoang dengan Jalaluddin Al-Aydid, seorang guru
pengembara yang datang dari Aceh ke Kutai, sebelum sampai di Cikoang.
Diantara karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah Al-Fakbira (Mutiara yang Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)
Diantara karyanya adalah menyalin kitab Ad-Durrah Al-Fakbira (Mutiara yang Membanggakan), dan Risalah fil-Wujud (Tulisan tentang Wujud)
5. Syeikh Muhammad bin
Umar An-Nawawi Al-Bantani
Muhammad bin Umar An-Nawawi Al-Bantani lahir di Tanara, Serang, Banten pada
tahun 1230 H/1813 M. Sejak kecil ia dan kedua saudaranya, Tamim dan Abmad, di
didik ayahnya dalam bidang agama, ilmu kalam, ilmu nahwu, fikih dan tafsir.
Selain itu ia juga belajar dari Haji Sabal, ulama terkenal saat itu, dan dari
Raden Haji Yusuf di Purwakarta Jawa Barat.
Syeikh Nawawi A-Bantani termasuk salah seorang ulama Nusantara yang cukup
berpengaruh dan sangat dihormati, bukan hanya di kalangan komunitas melayu
Nusantara tetapi juga oleh masyarakat Haramain secara keseluruhan. Posisi
sosial keagamaan dan intelektual yang dimilikinya memberi kesempatan kepadanya
untuk mengajar pada berbagai halaqah di Masjidil Haram sejak tahun 1860,
khususnya di Ma’had Nashr Al-Ma’arif Ad-Diniyah, hingga akhirnya ia memperoleh gelar
sebagai “Syeikh Al-Hijaz”
6. Syeikh Ahmad Khatib
Minangkabau
Syeikh Ahmad Khatib Minangkabau lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat pada
tahun 1276 H/1855 M. Ayahnya adalah seorang jaksa di Padang, sedangkan ibunya
adalah anak dari Tuanku Nan Renceh, seorang ulama terkemuka dari golongan
Padri. Ahmad Khatib kecil memperoleh pendidikan awal pada sekolah pemerintah
yang didirikan Belanda, yaitu sekolah rendah dan sekolah guru di kota
kelahirannya. Kemudian pada tahun 1876, Ahmad Khatib melanjutkan pendidikan
agamanya di Makkah, tempat kelak ia memperoleh kedudukan tinggi dalam
mengajarkan agama dan imam dari madzhab Syafi’i di Masjidil Haram.
7. Wali Songo
7. Wali Songo
Walisongo dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad
ke-14 M. Mereka tinggal ditiga wilayah penting pantai utara pulau Jawa, yaitu
Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak, Kudus, Muria di Jawa
Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Walisongo adalah era berakhirnya dominasi
Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam.
Mereka adalah simbol penyebaran agama Islam di Indonesia, khususnya di Jawa.
Tentu banyak tokoh lain yang berperan. Namun peran mereka yang sangat besar
dalam mendirikan kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung membuat para Walisongo ini
banyak disebut dibanding yang lain.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa walisongo adalah sebuah majelis dakwah
yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik pada tahun 1404 M. Walisongo
adalah pembaruan masyarakat pada masanya. Pengaruhnya mereka terasakan dalam
berragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari
kesehatan, bercocok tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan,
hingga ke pemerintahan. Adapun sembilan nama yang dikenal Walisongo tersebut
adalah Sunan Gresik, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria,
Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang dan Sunan Gunung Jati.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masuknya Islam di Indonesia agak unik bila dibandingkan dengan masuknya
Islam ke daerah-daerah lain. Keunikannya terlihat kepada proses masuknya Islam
ke Indonesia yang relatif berbeda dengan daerah lain. Islam masuk ke Indonesia
secara damai dibawa oleh para pedagang dan mubaligh. Sedangkan Islam masuk di
daerah lain pada umumnya lewat penaklukan, seperti masuknya Islam ke Irak,
Iran, Mesir, Afrika Utara sampai Andalusia.
Perbedaan pendapat
tentang kapan, darimana, dan dimana pertama kali Islam datang ke Indonesia.
Namun secara garis besar, perbedaan pendapat itu dapat dibagi menjadi sebagai
berikut:
a. Menurut Ahmad Mansur
Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori
dalam buku tersebut, yaitu: Teori Gujarat, Teori Makkah dan Teori Persia
b. Berita Jepang
c. Berita Ibnu Battutah
d. Menurut Taufik
Abdullah
e. Seminar tentang masuknya Islam di Indonesia pada tahun 1963 di Medan dan
di Kuala Simpang Aceh tahun Masuknya Islam di Indonesia pada umumnya berjalan
secara damai. Akan tetapi, adakalanya penyebaran harus diwarnai dengan
cara-cara penaklukan. Hal itu terjadi jika situasi politik di kerajaan-karajaan
itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Secara umum Islam masuk di
Indonesia dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Perdagangan
b. Perkawinan
c. Gerakan Dakwah
d. Pendidikan
e. Tasawuf
f. Akulturasi Budaya dan Kesenian
b. Perkawinan
c. Gerakan Dakwah
d. Pendidikan
e. Tasawuf
f. Akulturasi Budaya dan Kesenian
Kerajaan Islam di
Indonesia, antara lain:
a. Kerajaan Samudera Pasai
b. Kerajaan Perlak
c. Kerajaan Malaka
d. Kerajaan Aceh
e. Kerajaan Demak
f. Kerajaan Mataram
g. Kerajaan Cirebon
h. Kerajaan Banten
i. Kerajaan Gowa-Tallo
j. Kerajaan Ternate dan Tidore
a. Kerajaan Samudera Pasai
b. Kerajaan Perlak
c. Kerajaan Malaka
d. Kerajaan Aceh
e. Kerajaan Demak
f. Kerajaan Mataram
g. Kerajaan Cirebon
h. Kerajaan Banten
i. Kerajaan Gowa-Tallo
j. Kerajaan Ternate dan Tidore
Proses penyebaran Islam di wilayah Nusantara tidak dapat dilepaskan dari
peran aktif yang dilakukan oleh para ulama. Melalui merekalah Islam dapat
diterima dengan baik dikalangan masyarakat Nusantara. Para ulama yang pertama
kali menyebarkan Islam di Nusantara antara lain sebagai berikut:
a. Hamzah Fansuri
b. Syamsudin
Al-Sumatrani
c. Nuruddin Ar-Raniri
d. Syeikh Muhammad
Yusuf Al-Makassari
e. Syeikh Muhammad bin
Umar An-Nawawi Al-Bantani
f. Syeikh Ahmad Khatib
Minangkabau
g. Wali Songo
B. Saran
Islam adalah
agama yang damai. Islam masuk ke
Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan. Islam berkembang dan
tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan persuasif berkat kegigihan
para ulama. Maka dari itu melalui makalah ini kita di ajarkan untuk dapat
berdamai dengan orang-orang disekitar kita. Hindarilah segala pertengkaran yang
dapat merusak hubungan silaturrahmi kita.
DAFTAR PUSTAKA
http:id.m.wikipedia.org/wiki/walisongo
http://silmiasuniarizki.blogspot.in/2013/11/makalah-perkembangan-islamdi-nusantara.html
http://silmiasuniarizki.blogspot.in/2013/11/makalah-perkembangan-islamdi-nusantara.html
Iklan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar